Rabu, 22 April 2009

KETERAMPILAN DASAR MENGAJAR [10]

KETERAMPILAN MENGAJAR PERORANGAN DAN
KELOMPOK KECIL
Muqowim

A. Pengantar
Pada bagian ini kita akan mempelajari tentang keterampilan dasar mengajar perorangan dan kelompok kecil. Ada beberapa hal yang dapat kita pelajari, yaitu mencakup pengertian, tujuan, komponen dan prinsip dalam mengajar individual maupun kolektif. Adakalanya kelas yang kita ampu haya terdiri dari beberapa peserta didik, namun ada juga yang kita hadapi kelas besar. Untuk itu, kita harus siap mengajar berapa pun jumlah peserta didik di kelas.

B. Pengertian
Pada hakikatnya pengajaran perorangan memiliki ciri-ciri sebagai berikut:
1. Terjadinya hubungan interpersonal antara pendidik dengan peserta didik, dan juga antar peserta didik.
2. Setiap orang belajar sesuai dengan kecepatan dan kemampuan masing-masing.
3. Peserta didik kita bantu sesuai dengan kebutuhannya.
4. Peserta didik kita libatkan dalam penentuan tujuan yang akan dicapai, cara-cara belajar yang akan ditempuh, materi pelajaran dan alat yang akan digunakan.
Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa tidak setiap peserta didik yang belajar sendiri dapat dikatakan dalam pengajaran perorangan,. Seperti halnya pengajaran perorangan, pengajaran kelompok kecil juga memiliki ciri-ciri seperti yang ada pada pengajaran perorangan, tetapi memiliki perbedaan dengan pengajaran perorangan. Pelaksanaan hal-hal yang tersebut pada butir 1 sampai 4 di atas, pada pengajaran kelompok kecil disalurkan lewat kelompok.

C. Tujuan
Keterampian mengajar perorangan memiliki tujuan berikut ini:
1. Memberikan rasa tanggung jawab yang lebih besar kepada peserta didik.
2. Mengembangkan daya kreatif dan sifat kepemimpinan pada peserta didik
3. Memberi kesempatan kepada peserta didik untuk belajar lebih aktif
4. Membentuk hubungan yang lebih akrab antara pendidik dan peserta didik, maupun antar peserta didik.
Adapun tujuan dari keterampilan mengajar kelompok kecil adalah:
1. Meningkatkan kualitas pembelajaran melalui dinamika kelompok
2. Memberi kesempatan memecahkan masalah untuk berlatih memecahkan masalah dan cara hidup secara rasional dan demokratis
3. Memberi kesempatan kepada peserta didik untuk mengembangkan sikap sosial dan semangat gotong royong.

D. Komponen
Beberapa komponen yang perlu kita perhatikan dalam keterampilan mengajar perorangan dan kelompok kecil adalah sebagai berikut:
1. Keterampilan merencanakan dan melaksanakan kegiatan pembelajaran
Hal ini berhubungan dengan pengembangan program/kurikulum. Kita harus terampil membuat perencanaan yang sesuai dengan program dan kebutuhan peserta didik, serta mampu melaksanakan rencana tersebut. Dengan demikian, kita dituntut mampu dan terampil mendiagnosis kemampuan akademik setiap peserta didik, gaya belajar, kecenderungan minat dan tingkat disiplin mereka. Berdasarkan analisis tersebut, kita diharapkan mampu menetapkan kondisi dan tuntutan belajar yang memungkinkan peserta didik memikul tanggung jawab sendiri dalam belajar.
2. Keterampilan mengorganisasi
Selama kegiatan pembelajaran perorangan/kelompok kecil berlangsung, kita berperan sebagai organisator. Kita bertugas mengatur dan memonitor kegiatan pembelajaran dari awal sampai akhir.
3. Keterampilan mengadakan pendekatan secara pribadi
Salah satu ciri dalam pengajaran perorangan/kelompok kecil ialah terjadinya hubungan yang sehat dan akrab antara pendidik dengan peserta didik, dan antar peserta didik. Hal ini akan terjadi apabila kita selaku pendidik dapat menciptakan suasana yang terbuka, sehingga benar-benar merasa bebas dan leluasa untuk mengemukakan pendapatnya. Di samping itu, peserta didik memiliki keyakinan bahwa kita akan selalu siap mendengarkan dan memperhatikan pendapatnya dan bersedia membantu apabila diperlukan.
4. Keterampilan membimbing dan memudahkan belajar
Mengajar perorangan/ kelompok kecil berarti memberi kesempatan kepada peserta didik untuk belajar sendiri. Agar peserta didik benar-benar dapat belajar dan tujuan pembelajaran dapat tercapai, kita harus terampil dalam membantu peserta didik agar mudah belajar dan tidak mengalami patah semangat.

E. Prinsip Keterampilan Pengajaran Perorangan dan Kelompok Kecil
Prinsip-prinsip penggunaan keterampilan pengajaran perorangan adalah sebagai berikut
1. Pendidik perlu mengenal peserta didik secara pribadi, sehingga kondisi belajar dapat diatur dengan tepat
2. Peserta didik bekerja bebas dengan bahan yang telah siap pakai seperti: modul, paket belajar, atau dengan bahan yang telah disiapkan oleh pendidik sendiri
3. Tidak semua mata kuliah cocok disajikan secara perorangan
Sementara itu, prinsip-prinsip penggunaan keterampilan pengajaran kelompok kecil adalah sebagai berikut
1. Ciri-ciri kelompok
a. Memiliki keanggotaan yang jelas
b. Terdapat kesadaran kelompok
c. Memiliki tujuan bersama
d. Saling tergantung dalam memenuhi kebutuhan
e. Ada interaksi dan komunikasi antar anggota
f. Ada tinakan bersama
2. Kualitas kelompok diharapkan berperan secara positif
a. Terjadi hubungan yan gakrab di antara sesama anggota
b. Terjadi hubungan yang erat dan kompak di antara anggota kelompok
c. Para anggota memiliki rasa tanggung jawab yang tinggi
d. Para anggota memiliki rasa kebersamaan yang kuat
3. Pedoman pelaksanaan
a. Pembentukan kelompok
1) Sebaiknya jumlah anggota kelompok antara 5-7 orang, dengan pertimbangan bahwa semakin banyak angota, maka semakin berkurang efetivitas dan aktivitas belajar setiap anggota
2) Pembentukan kelompok berdasarkan minat, pengalaman dan prestasi belajar
3) Perencanaan tugas kelompok
4) Persiapan dan perencanaan
Kita perlu menyiapkan dan merencanakan pengaturan tempat, ruangan, alat dan sumber belajar yang memungkinkan terjadinya proses pembelajaran secara efektif bagi setiap kelompok
4. Pelaksanaan
a. Pelajaran diawali dengan pertemuan klasikal, untuk memberikan informasi umum kepada semua peserta didik.
b. Pendidik meminta setiap kelompok untuk melaksanakan tugas di tempat yang tersedia
c. Pendidik melakukan supervisi dan mengikuti perkembangan proses pembelajaran dalam kelompok


DAFTAR PUSTAKA

Abimanyu Soli, PAH, D.N., Joni, R (ed.), Keterampilan Bertanya Dasar dan Lanjut, Jakarta: Tim Pengembangan Lembaga Pendidikan Tenaga Pendidikan Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi, 1985.

Aref S. Sadiman dkk., Media Pendidikan, Jakarta: Rajawali, 1986.

E. Mulyasa, Menjadi Guru Profesional: Menciptakan Pembelajaran Kreatif dan Menyenangkan, Bandung: Remaja Rosdakarya, 2005.

Melvin L. Silberman, Active Learning, terj. Muqowim dkk., Yogyakarta: Yappendis, 2005.

Oemar Hamalik, Media Pendidikan, Bandung: Citra Aditya Bakti, 1989.

Suwarna dkk., Pengajaran Mikro, Yogyakarta: Tiara Wacana, 2006

KETERAMPILAN DASAR MENGAJAR [10]

KETERAMPILAN MENGAJAR PERORANGAN DAN
KELOMPOK KECIL
Muqowim

A. Pengantar
Pada bagian ini kita akan mempelajari tentang keterampilan dasar mengajar perorangan dan kelompok kecil. Ada beberapa hal yang dapat kita pelajari, yaitu mencakup pengertian, tujuan, komponen dan prinsip dalam mengajar individual maupun kolektif. Adakalanya kelas yang kita ampu haya terdiri dari beberapa peserta didik, namun ada juga yang kita hadapi kelas besar. Untuk itu, kita harus siap mengajar berapa pun jumlah peserta didik di kelas.

B. Pengertian
Pada hakikatnya pengajaran perorangan memiliki ciri-ciri sebagai berikut:
1. Terjadinya hubungan interpersonal antara pendidik dengan peserta didik, dan juga antar peserta didik.
2. Setiap orang belajar sesuai dengan kecepatan dan kemampuan masing-masing.
3. Peserta didik kita bantu sesuai dengan kebutuhannya.
4. Peserta didik kita libatkan dalam penentuan tujuan yang akan dicapai, cara-cara belajar yang akan ditempuh, materi pelajaran dan alat yang akan digunakan.
Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa tidak setiap peserta didik yang belajar sendiri dapat dikatakan dalam pengajaran perorangan,. Seperti halnya pengajaran perorangan, pengajaran kelompok kecil juga memiliki ciri-ciri seperti yang ada pada pengajaran perorangan, tetapi memiliki perbedaan dengan pengajaran perorangan. Pelaksanaan hal-hal yang tersebut pada butir 1 sampai 4 di atas, pada pengajaran kelompok kecil disalurkan lewat kelompok.

C. Tujuan
Keterampian mengajar perorangan memiliki tujuan berikut ini:
1. Memberikan rasa tanggung jawab yang lebih besar kepada peserta didik.
2. Mengembangkan daya kreatif dan sifat kepemimpinan pada peserta didik
3. Memberi kesempatan kepada peserta didik untuk belajar lebih aktif
4. Membentuk hubungan yang lebih akrab antara pendidik dan peserta didik, maupun antar peserta didik.
Adapun tujuan dari keterampilan mengajar kelompok kecil adalah:
1. Meningkatkan kualitas pembelajaran melalui dinamika kelompok
2. Memberi kesempatan memecahkan masalah untuk berlatih memecahkan masalah dan cara hidup secara rasional dan demokratis
3. Memberi kesempatan kepada peserta didik untuk mengembangkan sikap sosial dan semangat gotong royong.

D. Komponen
Beberapa komponen yang perlu kita perhatikan dalam keterampilan mengajar perorangan dan kelompok kecil adalah sebagai berikut:
1. Keterampilan merencanakan dan melaksanakan kegiatan pembelajaran
Hal ini berhubungan dengan pengembangan program/kurikulum. Kita harus terampil membuat perencanaan yang sesuai dengan program dan kebutuhan peserta didik, serta mampu melaksanakan rencana tersebut. Dengan demikian, kita dituntut mampu dan terampil mendiagnosis kemampuan akademik setiap peserta didik, gaya belajar, kecenderungan minat dan tingkat disiplin mereka. Berdasarkan analisis tersebut, kita diharapkan mampu menetapkan kondisi dan tuntutan belajar yang memungkinkan peserta didik memikul tanggung jawab sendiri dalam belajar.
2. Keterampilan mengorganisasi
Selama kegiatan pembelajaran perorangan/kelompok kecil berlangsung, kita berperan sebagai organisator. Kita bertugas mengatur dan memonitor kegiatan pembelajaran dari awal sampai akhir.
3. Keterampilan mengadakan pendekatan secara pribadi
Salah satu ciri dalam pengajaran perorangan/kelompok kecil ialah terjadinya hubungan yang sehat dan akrab antara pendidik dengan peserta didik, dan antar peserta didik. Hal ini akan terjadi apabila kita selaku pendidik dapat menciptakan suasana yang terbuka, sehingga benar-benar merasa bebas dan leluasa untuk mengemukakan pendapatnya. Di samping itu, peserta didik memiliki keyakinan bahwa kita akan selalu siap mendengarkan dan memperhatikan pendapatnya dan bersedia membantu apabila diperlukan.
4. Keterampilan membimbing dan memudahkan belajar
Mengajar perorangan/ kelompok kecil berarti memberi kesempatan kepada peserta didik untuk belajar sendiri. Agar peserta didik benar-benar dapat belajar dan tujuan pembelajaran dapat tercapai, kita harus terampil dalam membantu peserta didik agar mudah belajar dan tidak mengalami patah semangat.

E. Prinsip Keterampilan Pengajaran Perorangan dan Kelompok Kecil
Prinsip-prinsip penggunaan keterampilan pengajaran perorangan adalah sebagai berikut
1. Pendidik perlu mengenal peserta didik secara pribadi, sehingga kondisi belajar dapat diatur dengan tepat
2. Peserta didik bekerja bebas dengan bahan yang telah siap pakai seperti: modul, paket belajar, atau dengan bahan yang telah disiapkan oleh pendidik sendiri
3. Tidak semua mata kuliah cocok disajikan secara perorangan
Sementara itu, prinsip-prinsip penggunaan keterampilan pengajaran kelompok kecil adalah sebagai berikut
1. Ciri-ciri kelompok
a. Memiliki keanggotaan yang jelas
b. Terdapat kesadaran kelompok
c. Memiliki tujuan bersama
d. Saling tergantung dalam memenuhi kebutuhan
e. Ada interaksi dan komunikasi antar anggota
f. Ada tinakan bersama
2. Kualitas kelompok diharapkan berperan secara positif
a. Terjadi hubungan yan gakrab di antara sesama anggota
b. Terjadi hubungan yang erat dan kompak di antara anggota kelompok
c. Para anggota memiliki rasa tanggung jawab yang tinggi
d. Para anggota memiliki rasa kebersamaan yang kuat
3. Pedoman pelaksanaan
a. Pembentukan kelompok
1) Sebaiknya jumlah anggota kelompok antara 5-7 orang, dengan pertimbangan bahwa semakin banyak angota, maka semakin berkurang efetivitas dan aktivitas belajar setiap anggota
2) Pembentukan kelompok berdasarkan minat, pengalaman dan prestasi belajar
3) Perencanaan tugas kelompok
4) Persiapan dan perencanaan
Kita perlu menyiapkan dan merencanakan pengaturan tempat, ruangan, alat dan sumber belajar yang memungkinkan terjadinya proses pembelajaran secara efektif bagi setiap kelompok
4. Pelaksanaan
a. Pelajaran diawali dengan pertemuan klasikal, untuk memberikan informasi umum kepada semua peserta didik.
b. Pendidik meminta setiap kelompok untuk melaksanakan tugas di tempat yang tersedia
c. Pendidik melakukan supervisi dan mengikuti perkembangan proses pembelajaran dalam kelompok


DAFTAR PUSTAKA

Abimanyu Soli, PAH, D.N., Joni, R (ed.), Keterampilan Bertanya Dasar dan Lanjut, Jakarta: Tim Pengembangan Lembaga Pendidikan Tenaga Pendidikan Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi, 1985.

Aref S. Sadiman dkk., Media Pendidikan, Jakarta: Rajawali, 1986.

E. Mulyasa, Menjadi Guru Profesional: Menciptakan Pembelajaran Kreatif dan Menyenangkan, Bandung: Remaja Rosdakarya, 2005.

Melvin L. Silberman, Active Learning, terj. Muqowim dkk., Yogyakarta: Yappendis, 2005.

Oemar Hamalik, Media Pendidikan, Bandung: Citra Aditya Bakti, 1989.

Suwarna dkk., Pengajaran Mikro, Yogyakarta: Tiara Wacana, 2006

KETERAMPILAN DASAR MENGAJAR [9]

KETERAMPILAN MENGADAKAN VARIASI
Muqowim

A. Pengantar
Pada bagian ini kita akan mempelajari tentang keterampilan dasar mengajar mengadakan variasi. Ada beberapa hal yang dapat kita pelajari, yaitu mencakup pengertian, tujuan, komponen dan prinsip dalam mengadakan variasi. Pembelajaran tanpa variasi pasti membosankan, bukan? Untuk itu, variasi dalam proses pembelajaran mutlak diperlukan.

B. Pengertian
Variasi yang dimaksud dalam kegiatan pembelajaran adalah perubahan dalam proses kegiatan yang bertujuan untuk meningkatkan motivasi para peserta didik serta mengurangi kejenuhan dan kebosanan. Keterampilan dasar mengajar mengadakan variasi ini pada dasarnya harus juga diterapkan dalam keterampilan dasar mengajar lainnya, seperti dalam menggunakan keterampilan bertanya, memberi penguatan, menjelaskan, penggunaan media dan sebagainya.

C. Tujuan Mengadakan Variasi
Mengapa kita perlu mengadakan variasi dalam pembelajaran? Sebab keterampilan ini mempunyai beberapa tujuan, yaitu:
1. Untuk menimbulkan dan meningkatkan perhatian peserta didik kepada aspek-aspek pembelajaran
2. Memupuk tingkah laku yang positif terhadap proses pendidikan bahwa pendidikan itu sebuah proses yang mencerahkan dan mengoptimalkan semua potensi peserta didik
3. Meningkatkan kadar pembelajaran aktif dalam proses pembelajaran dengan melibatkan peserta didik dengan berbagai keunikannya. Terlebih sekarang muncul paradigma baru pendidikan yang lebih memanusiakan manusia [peserta didik]

D. Komponen Mengadakan Variasi
Komponen-komponen keterampilan dasar mengajar mengadakan variasi meliputi:
1. Variasi dalam gaya mengajar
a. Penggunaan variasi suara
Variasi suara adalah perubahan suara dari keras menjadi lemah, dari tinggi menjadi rendah, dari cepat menjadi lambat, dari gembira menjadi sedih, atau pada suatu saat memberikan tekanan pada kata-kata tertentu.
b. Pemusatan perhatian peserta didik
Guru dapat memusatkan perhatian peserta didik pada hal-hal yang dianggap penting dapat dengan gaya bahasa menurut kebutuhan mereka. Kecenderungan gaya belajar seperti visual, auditori dan kinestetik perlu kita perhatikan.
c. Kesenyapan pendidik
Adanya kesenyapan, kebisuan, atau “selingan diam” yang tiba-tiba dan disengaja selagi guru menerangkan sesuatu, merupakan alat yang baik untuk menarik perhatian audiens.
d. Mengadakan kontak pandang dan gerak
Apabila kita sedang berbicara atau berinteraksi dengan peserta didik, sebaiknya pandangan menjelajahi seluruh kelas dan melihat ke mata semua orang di kelas untuk menunjukkan adanya hubungan yang akrab dengan mereka
e. Gerakan badan dan mimik
Kita perlu melakukan variasi dalam ekspresi wajah, gerakan kepala, dan gerakan badan, sebab hal ini merupakan aspek yang sangat penting dalam berkomunikasi. Gunanya adalah untuk menarik perhatian dan untuk menyampaikan arti dari pesan lisan yang dimaksudkan.
f. Pergantian posisi di dalam kelas
Pergantian posisi kita di dalam kelas dapat digunakan untuk mempertahankan perhatian semua orang. Terutama sekali dalam menyampaikan pelajaran di dalam kelas, gerakan hendaknya bebas, tidak kikuk atau kaku, dan hindari tingkah laku negative.

2. Variasi dalam penggunaan media pembelajaran
Media pembelajaran, apabila kita lihat dari aspek indera yang digunakan, dapat digolongkan ke dalam tiga bagian, yakni media yang dapat didengar, media yang dapat dilihat, dan media yang dapat diraba. Pergantian penggunaan jenis media yang satu ke jenis yang lain mengharuskan peserta didik menyesuaikan alat inderanya, sehingga dapat mempertinggi perhatiannya. Hal itu karena setiap orang mempunyai perbedaan kemampuan dalam menggunakan alat inderanya. Ada orang yang termasuk tipe visual, auditif, atau motorik. Untuk itu, varasi penggunaan media harus dilakukan.
a. Variasi media yang dapat dilihat
Media yang termasuk ke dalam jenis ini antara lain grafik, bagan, poster, gambar, film, dan slide.
b. Variasi media yang dapat didengar
Suara kita termasuk di dalam media komunikasi yang utama di dalam kelas. Rekaman suara, suara radio, musik, deklamasi, puisi, sosiodrama, telepon dapat dipakai sebagai penggunaan indera dengan yang divariasikan dengan indera lainnya.
c. Variasi media yang dapat diraba, dimanipulasi dan digerakkan
Yang termasuk ke dalam hal ini, misalnya peragaan yang ita lakukan atau peserta didik, model, patung, topeng, dan boneka yang dapat digunakan oleh peserta didik untuk diraba, diperagakan atau dimanipulasi.
d. Variasi media yang dapat didengar, dilihat dan diraba
Media yang termasuk ini, misalnya film, televisi, slide projector yang diiringi penjelasan kita. Tentu saja penggunaannya disesuaikan dengan tujuan pembelajaran yang hendak dicapai.

3. Variasi pola interaksi dan kegiatan siswa
Pola interaksi pendidikan dan peserta didik dalam kegiatan pembelajaran memiliki corak yang sangat beraneka ragam. Mulai dari kegiatan yang didominasi oleh pendidik sampai kegiatan mandiri yang dilakukan oleh peserta didik. Hal ini bergantung pada keterampilan pendidik dalam mengelola kegiatan pembelajaran. Penggunaan variasi pola interaksi ini dimaksudkan untuk meningkatkan interaksi pendidik-peserta didik dan antar peserta didik agar kegiatan pembelajaran tidak menimbulkan kebosanan, kejenuhan. Suasana kelas pun menjadi hidup.

E. Prinsip Mengadapan Variasi
Prinsip-prinsip yang perlu kita perhatikan agar penggunaan keterampilan mengadakan variasi pembelajaran berjalan dengan baik adalah:
1. Variasi hendaknya digunakan dengan maksud tertentu yang relevan dengan tujuan yang hendak dicapai. Kita sangat dianjurkan menggunakan variasi yang wajar dan beragam. Terlalu banyak pemakaian variasi akan menimbulkan kebingungan dan dapat mengganggu proses pembelajaran.
2. Variasi perlu kita rencanakan dengan baik agar berjalan dengan lancar dan berkesinambungan sehingga tidak akan merusak perhatian peserta didik dan tidak mengganggu pembelajaran.
3. Variasi harus direncanakan secara baik, dan secara eksplisit dicantumkan dalam rencana pelajaran atau satuan pelajaran.

DAFTAR PUSTAKA

Abimanyu Soli, PAH, D.N., Joni, R (ed.), Keterampilan Bertanya Dasar dan Lanjut, Jakarta: Tim Pengembangan Lembaga Pendidikan Tenaga Pendidikan Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi, 1985.

Aref S. Sadiman dkk., Media Pendidikan, Jakarta: Rajawali, 1986.

E. Mulyasa, Menjadi Guru Profesional: Menciptakan Pembelajaran Kreatif dan Menyenangkan, Bandung: Remaja Rosdakarya, 2005.

Melvin L. Silberman, Active Learning, terj. Muqowim dkk., Yogyakarta: Yappendis, 2005.

Oemar Hamalik, Media Pendidikan, Bandung: Citra Aditya Bakti, 1989.

Suwarna dkk., Pengajaran Mikro, Yogyakarta: Tiara Wacana, 2006

KETERAMPILAN DASAR MENGAJAR [8]

KETERAMPILAN MENGELOLA KELAS
Muqowim

A. Pengantar
Pada bagian ini kita akan mempelajari tentang keterampilan dasar mengajar mengelola kelas. Ada beberapa hal yang akan kita pelajari, yaitu mencakup pengertian, tujuan, komponen dan prinsip dalam mengelola kelas. Kita perlu menyadari dari awal bahwa mengelola kelas perlu mempertimbangkan banyak hal seperti tujuan, peserta didik, ketersediaan fasilitas dan kebijakan pendidikan yang ada.

B. Pengertian
Pengelolaan kelas adalah keterampilan seorang pendidik dalam menciptakan dan memelihara kondisi belajar yang optimal dan mengembalikannya ke posisi ini apabila terjadi gangguan dalam proses belajar mengajar.

C. Tujuan Keterampilan Mengelola Kelas
Adapun tujuan dari jenis keterampilan ini adalah:
1. Mendorong peserta didik mengembangkan tingkah lakunya sesuai tujuan pembelajaran
Kadang kita menjumpai tujuan peserta didik masuk kelas tidak sepenuhnya untuk belajar. Tentu banyak hal yang menyebabkan hal ini terjadi misalnya karena terpaksa kuliah, tenaga pendidik membosankan atau karena faktor teman. Tujuan mengelola kelas antara lain menjadikan seluruh peserta didik terfokus ke topik perkuliahan.
2. Membantu peserta didik menghentikan tingkah lakunya yang menyimpang dari tujuan pembelajaran
3. Mengendalikan peserta didik dan sarana pemelajaran dalam suasana pemelajaran yang menyenangkan, untuk mencapai tujuan pembelajaran
4. Membina hubungan interpersonal yan baik antara pendidik dengan peserta didik dan antar peserta didik, sehingga kegiatan pembelajaran menjadi efekif.
Kadang kita menemukan sebuah proses pembelajaran yang berjalan secara monoton dan kaku karena didominasi oleh tenaga pendidik, tidak ada interaksi dialogis. Pengelolaan kelas yang baik diharapkan dapat mengatasi hal ini.

D. Komponen Keterampilan Mengelola Kelas
Komponen keterampilan mengelola kelas yang perlu kita perhatikan adalah sebagai berikut:
1. Keterampilan yang berhubungan dengan penciptaan dan pemeliharaan kondisi belajar yang optimal (bersifat preventif)
Keterampilan ini berkaitan dengan kemampuan kita dalam mengambil inisiatif dan mengendalikan kegiatan pembelajaran, sehingga berjalan secara optimal, efisien dan efektif. Keterampilan tersebut meliputi:
a. Menunjukkan sikap tanggap
Tanggap terhadap perhatian, keterlibatan, ketidakacuhan, dan ketidakterlihatan dalam tugas-tugas di kelas. Setiap peserta didik merasa bahwa kita hadir bersama mereka dan tahu apa yang mereka perbuat.
b. Memberi perhatian
Pengelolaan kelas yang efektif terjadi apabila kita mampu membagi perhatianya kepada beberapa kegiatan yang berlangsung dalam waktu yang sama. Membagi perhatian dapat dilakukan dengan cara visual dan verbal. Secara visual kita dapat memberikan pandangan yang merata tidak hanya satu arah saja. Sementara itu, secara verbal, kita dapat mengungkapkan dengan kata-kata tentang perhatian kita kepada semua peserta didik.
c. Memusatkan perhatian kelompok
Kegiatan pembelajaran akan berjalan dengan baik dalam waktu lama jika kita mampu memusatkan perhatian kelompok pada tugas-tugas yang dilakukan.
d. Memberikan petunjuk yang jelas
Penyampaian informasi maupun pemberian petunjuk yang kita sampaikan seharusnya secara jelas dan singkat sehingga peserta didik tidak kebingungan
e. Menegur
Apabila ada peserta yang bertingkah laku mengganggu di kelas, hendaknya kita memberi peringatan bahwa hak orang lain untuk memperhatikan pelajaran harus dihargai sehingga kita dapat mengharapkan kepada semua peserta agar saling menghargai satu sama lain.
f. Memberi penguatan
Kita dapat memberikan penguatan negatif kepada peserta didik yang mengganggu, atau penguatan positif kepada peserta didik yang bertingkah laku wajar. Ini tidak berarti seperti anak kecil yang suka dieri ancaman atau hadiah, hanya saja proses perkuliahan agar efektif kita kembalikan ke kontrak belajar pada saat pertemuan pertama.
2. Keterampilan tentang cara mengembalikan kondisi belajar yang optimal
Keterampilan ini berkaitan dengan respons kita terhadap penyimpangan yangmungkin terjadi dari tujuan perkuliahan.

E. Prinsip Penggunaan Keterampilan Mengelola Kelas
Beberapa prinsip tentang penggunaan keterampilan mengelola kelas yang perlu kita perhatikan adalah:
1. Modifikasi tingkah laku. Kita seharusnya dapat menganalisis tingkah laku peserta didik yang mengalami masalah dan memberikan jalan keluar secara tepat
2. Kita dapat menggunakan pendekatan pemecahan masalah kelompok dengan cara memberikan tugas, membuat kelompok untuk memetakan masalah, atau membuat dinamika kelompok di kelas.
3. Kita harus mampu menemukan dan memecahkan tingkah laku yang dapat menimbulkan maslah. Tentu jalan keluar yang kita tawarkan bertolak dari diskusi bersama mengingat peserta didik adalah orang dewasa.

DAFTAR PUSTAKA

Abimanyu Soli, PAH, D.N., Joni, R (ed.), Keterampilan Bertanya Dasar dan Lanjut, Jakarta: Tim Pengembangan Lembaga Pendidikan Tenaga Pendidikan Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi, 1985.

Aref S. Sadiman dkk., Media Pendidikan, Jakarta: Rajawali, 1986.

E. Mulyasa, Menjadi Guru Profesional: Menciptakan Pembelajaran Kreatif dan Menyenangkan, Bandung: Remaja Rosdakarya, 2005.

Melvin L. Silberman, Active Learning, terj. Muqowim dkk., Yogyakarta: Yappendis, 2005.

Oemar Hamalik, Media Pendidikan, Bandung: Citra Aditya Bakti, 1989.

Suwarna dkk., Pengajaran Mikro, Yogyakarta: Tiara Wacana, 2006

KETERAMPILAN DASAR MENGAJAR [7]

KETERAMPILAN MEMBIMBING DISKUSI KELOMPOK KECIL
Muqowim

A. Pengantar
Pada bagian ini kita akan mempelajari tentang keterampilan dasar mengajar membimbing diskusi kelompok kecil. Ada beberapa hal yang akan kita pelajari, yaitu mencakup pengertian, tujuan, komponen dan prinsip dalam membimbing diskusi kelompok kecil. Kita perlu menyadari dari awal bahwa mengelola diskusi tidak sekedar rutinitas Tanya jawab, namun bagaimana dapat menciptakan diskusi yang merangsang setiap orang agar mampu beraktualisasi diri.

B. Pengertian
Yang kita maksud dengan diskusi kelompok kecil adalah sutu proses percakapan yang teratur, yang melibatkan sekelompok orang dalam interaksi tatap muka yang bebas dan terbuka, dengan tujuan berbagi informasi atau pengalaman, mengambil keputusan, atau memecahkan suatu masalah. Dengan demikian, pengertian keterampilan dasar mengjar membimbing diskusi kelompok kecil ialah keterampilan melaksanakan kegiatan membimbing peserta didik agar dapat melaksanakan diskusi kelompok kecil secara efektif.

C. Tujuan Keterampilan Membimbing Diskusi
Tujuan dari keterampilan ini adalah sebagai berikut:
1. Setiap peserta didik dapat saling memberi informasi atau pengalaman dalam menjelajahi gagasan baru atau masalah yang harus dipecahkan oleh mereka
2. Peserta didik dapat mengembangkan pengetahuan dan kemampuan untuk berpikir dan berkomunikasi
3. Peserta didik terlibat dalam perencanaan dan pengambilan keputusan
Dengan kegiatan diskusi setiap orang diharapkan mempunyai pendirian dan arah yang jelas tentang persoalan yang didiskusikan. Hal ini berguna ketika terjun di masyarakat, banyak persoalan yang harus segera ditangani dengan pemikiran yang rasional, runtut dan mudah dipahami dan diterima masyarakat

D. Komponen Keterampilan Membimbing Diskusi
Agar keterampilan ini dapat kita kuasai dengan baik, perhatikan komponen-komponen dalam keterampilan membimbing diskusi.
1. Memusatkan perhatian peserta didik pada tujuan dan topik diskusi
a. Rumuskan tujuan dan topik yang akan dibahas pada awal diskusi
b. Kemukakan masalah-masalah khusus
c. Catat perubahan atau penyimpangan diskusi dari tujuan
d. Rangkum hasil pembicaraan diskusi
2. Memperjelas masalah maupun usulan/pendapat
a. Merangkum usulan tersebut sehingga menjadi jelas
b. Meminta komentar peserta didik dengan mengajukan pertanyaan-pertanyaan yang membantu mereka memperjelas atau mengembangkan ide tersebut
c. Menguraikan gagasan peserta didik dengan memberikan informasi tambahan atau contoh-contoh yang sesuai, sehingga kelompok dapat memperoleh informasi secara lebih jelas.
3. Menganalisis pandangan/pendapat peserta didik
Di dalam diskusi sering terjadi perbedaan pendapat di antara anggota kelompok. Dengan demikian, kita hendaknya mampu menganalisis alasan perbedaan tersebut dengan cara antara lain sebagai berikut:
a. Meneliti apakah alasan tersebut memang mempunyai dasar yang kuat
b. Menjelaskan hal-hal yang disepakati maupun yang tidak disepakati.
4. Meningkatkan usulan peserta didik
a. Mengajukan pertanyaan-pertanyaan yang dapat menantang peserta didik untuk berpikir
b. Memberikan contoh-contoh verbal yang sesuai secara tepat
c. Memberikan waktu untuk berpikir
d. Memberikan dukungan kepada usulan pendapat peserta didik dengan penuh perhatian
5. Menyebarkan kesempatan berpartisipasi
a. Mencoba memancing usulan peserta didik yang enggan berpartisipasi dengan mengarah langsung secara bijaksana.
Mungkin kita sering menjumpai peserta didik yang sangat pasif, seakan-akan tidak mau terlibat dalam kegiatan diskusi. Jika demikian, kita perlu melibatkan mereka secara khusus. Sesekali kita berikan pertanyaan khusus untuk berpendapat. Atau dapat juga kita lakukan dengan membuat pertanyaan agar dijawab melalui tulisan. Jawaban dari peserta didik yang tidak aktif tersebut kita bacakan secara khusus di depan kelas lalu kita memberikan apresiasi. Kadang mereka tidak mau terlibat diskusi bukan berarti tidak peduli, namun boleh jadi karena demam panggung, demophobi, tidak terbiasa berbicara di depan public.
b. Mencegah terjadinya pembicaran serentak dengan memberi giliran kepada setiap orang, terutama yang pendiam terlebih dahulu
c. Secara bijaksana usahakan mencegah orang yang suka memonopoli pembicaraan
d. Mendorong setiap orang untuk mengomentari usulan temannya sehingga interaksi antar peserta didik dapat ditingkatkan
6. Menutup diskusi
a. Dengan bersama-sama, kita membuat rangkuman hasil diskusi
b. Kita perlu memberi gambaran tentang tindak lanjut hasil diskusi
c. Kita lakukan evaluasi bersama atas proses maupun hasil diskusi yang telah dicapai

E. Prinsip Keterampilan Membimbing Diskusi
Agar kita terampil mengelola dan membimbing diskusi kecil, ada beberapa prinsip yang perlu diperhatikan, antara lain:
1. Diskusi hendaknya berlangsung dalam “iklim terbuka”
Hal ini ditandai dengan adanya antusiasme berpartisipasi, kehangatan hubungan antar pribadi, kesediaan menerima dan mengenal lebih jauh topik diskusi, dan kesediaan menghargai pendapat orang lain. Dengan demikian, semua anggota kelompok mempunyai keinginan untuk dikenal dan dihargai, dapat merasa aman dan bebas mengemukakan pendapat.
2. Perlu perencanaan dan persiapan yang matang
a. Topik yang dipilih hendaknya sesuai dengan tujuan yang akan dicapai, minat, dan kemampuan setiap peserta didik
b. Masalah hendaknya mengandung jawaban yang kompleks, bukan jawaban tunggal
c. Perlu ada informasi pendahuluan yang berhubungan dengan topik tersebut agar para peserta didik memiliki persepsi yang sama
d. Kita harus benar-benar siap dengan sumber informasi sebagai motivator dan fasilitator sehingga mampu memberikan penjelasan dan mengerjakan pertanyaan-pertanyaan yang dapat memotivasi setiap orang.

DAFTAR PUSTAKA

Abimanyu Soli, PAH, D.N., Joni, R (ed.), Keterampilan Bertanya Dasar dan Lanjut, Jakarta: Tim Pengembangan Lembaga Pendidikan Tenaga Pendidikan Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi, 1985.

Aref S. Sadiman dkk., Media Pendidikan, Jakarta: Rajawali, 1986.

E. Mulyasa, Menjadi Guru Profesional: Menciptakan Pembelajaran Kreatif dan Menyenangkan, Bandung: Remaja Rosdakarya, 2005.

Melvin L. Silberman, Active Learning, terj. Muqowim dkk., Yogyakarta: Yappendis, 2005.

Oemar Hamalik, Media Pendidikan, Bandung: Citra Aditya Bakti, 1989.

Suwarna dkk., Pengajaran Mikro, Yogyakarta: Tiara Wacana, 2006

KETERAMPILAN DASAR MENGAJAR [6]

KETERAMPILAN MENGGUNAKAN MEDIA PEMBELAJARAN
Muqowim

A. Pengantar
Pada bagian ini kita akan mempelajari tentang keterampilan dasar mengajar menggunakan media pembelajaran. Ada beberapa hal yang akan kita diskusikan, yaitu mencakup pengertian, tujuan, komponen dan prinsip dalam menggunakan media. Perlu kita sadari bahwa media pada dasarnya hanya kita perlukan untuk mengakomodasi beragam kecenderungan, minat dan gaya belajar peserta didik.

B. Pengertian
Pernahkah kita diajar oleh guru atau tenaga pendidik yang tidak menggunakan media, padahal kita sulit memahami materi yang disampaikan? Ya, media pembelajaran pada dasarnya adalah sarana pembelajaran yang digunakan sebagai perantara dalam proses pembelajaran untuk mempertinggi efektivitas dan efisiensi dalam mencapai tujuan pembelajaran. Muncul pertanyaan, mungkinkah kita mengajar tanpa media? Jawabannya sangat mungkin. Mungkinkah peserta didik memahami yang kita sampaikan tanpa menggunakan media? Jawabannya juga sangat mungkin. Yang menjadi persoalan adalah sebarapa efektif kita dalam mengajar dan seberapa kreatif kita dalam menyampaikan materi pelajaran. Namun demikian, tentu akan lebih baik jika kita juga menggunakan media dalam mengajar, sebab ada banyak tujuan penggunaan media.

C. Tujuan Penggunaan Media
Secara umum ada lima tujuan penggunaan media dalam pembelajaran, yaitu:
Untuk memperjelas penyajian pesan agar tidak terlalu verbalistis
Dengan menggunakan media pembelajaran peserta didik lebih menangkap isi materi secara menyeluruh.
Untuk mengatasi keterbatasan ruang, waktu, dan daya indera
Media pembelajaran mampu mengatasi hambatan ruang dan waktu. Mungkin kita akan merasa kesulitas ketika menjelaskan tata cara haji. Dengan media pembelajaran hal ini akan dapat terselesaikan, sebab kita dapat menayangkan video tata cara melakukan ibadah haji secara konkret dengan menayangkan umat Islam yang sedang berhaji. Begitu juga kita mungkin akan kesulitas menjelaskan peristiwa yang telah terjadi di masa lalu. Maka, dengan media pembelajaran permasalahan ini dapat kita selesaikan.
Untuk memperlancar jalannya proses pembelajaran
Dengan media, Anda akan lebih mengalir dan variatif dalam mengajar. Sebab, media akan membantu memberikan ilustrasi lebih dari sekedar secara verbal.
Untuk menimbulkan kegairahan belajar
Media juga akan menjadikan peserta didik semangat dalam belajar sebab proses pembelajaran tidak disajikan secara monoton.
Untuk memberi kesempatan kepada peserta didik untuk berinteraksi langsung dengan lingkungan dan kenyataan
Dalam pembelajaran kontekstual, media sangat membantu peserta didik lebih memahami realitas. Sebab, ilustrasi tidak hanya disampaikan secara verbal, namun juga dengan suara dan gambar. Bahkan, bukan hanya gambar mati, tapi gambar yang hidup.
Untuk memberi kesempatan pada peserta didik untuk belajar secara mandiri sesuai dengan kemampuan dan minatnya
Menurut Georgi Lozanov, paling tidak ada empat gaya belajar seseorang, yaitu gaya belajar visual, auditori, somatik, dan intelektual. Belajar gaya visual artinya peserta didik mempunyai kecenderungan memahami materi pembelajaran jika disampaikan dengan media yang dapat dilihat seperti gambar, peta, dan alat peraga. Jika orang yang bergaya belajar visual memahami dengan hal-hal yang dapat dilihat, maka orang yang mempunyai gaya belajar auditori dapat lebih memahami materi pembelajaran dengan cara mendengar. Dengan demikian, dia lebih suka belajar dengan cara mendengar. Sementara itu, gaya belajar somatik (atau disebut juga kinestetik) dapat belajar dengan lebih baik melalui melakukan langsung. Mungkin kita masih ingat filsafat John Dewey, yaitu learning by doing. Akhirnya, gaya belajar intelektual artinya peserta didik lebih mampu menangkap hal-hal yang masih bersifat abstrak secara mandiri tanpa harus melalui mendengar, melihat atau melakukan langsung.

D. Jenis Media Pembelajaran
Secara umum media pembelajaran dapat dikelompokkan menjadi tiga, yaitu:
1. Media audio
Media audio sangat tepat digunakan untuk mengakomodasi peserta didik yang mempunyai kecenderungan belajar auditori. Sebab, mereka cenderung dapat menangkap materi pembelajaran jika disampaikan dengan menggunakan alat-alat semacam tape recorder, radio, dan alat lain yang mengeluarkan suara.
2. Media visual
Kalau media audio cocok untuk peserta didik dengan tipe auditori, maka media visual tepat untuk mereka yang bertipe belajar visual. Yaitu, peserta didik yang dapat belajar secara lebih maksimal dengan menggunakan peralatan visual seperti gambar, ilustrasi, peta dan alat lain yang dapat terlihat.
3. Media audio visual
Sementara itu, media audio visual cocok sebagai media pembelajaran untuk kategori gaya belajar yang dominan auditori dan visualnya, misalnya menggunakan televisi, VCD, dan film..

E. Prinsip Penggunaan Media
Agar media pembelajaran yang kita gunakan tepat, maka ada beberapa prinsip yang perlu diperhatikan, yaitu:
Tepat guna
Media pembelajaran yang kita gunakan harus mengacu pada kompetensi dasar sehingga tepat untuk mencapai kompetensi tersebut. Karena itu, tepat tidaknya media yang kita gunakan akan sangat ditentukan oleh kompetensi yang akan dicapai apa.
Berdaya guna
Media pembelajaran seharusnya mampu meningkatkan motivasi peserta didik untuk belajar. Hal ini pada dasarnya sangat dipengaruhi oleh gaya belajar peserta didik, apakah mereka berciri visual dalam belajar, auditory ataukah somatik. Jika peserta didik mempunyai gaya belajar visual, maka media yang tepat adalah yang dapat memaksimalkan aspek visual, sementara kalau yang dominan adalah gaya belajar auditori, maka media yang tepat harus memaksimalkan sisi pendengaran. Akhirnya, jika gaya belajar yang dominan adalah somatik, maka media pembelajaran akan lebih berdaya guna jika lebih menekankan aspek gerak dan perbuatan secara langsung.
Bervariasi
Kita harus mempertimbangkan variasi media pembelajaran agar mampu mendorong sikap aktif peserta didik dalam belajar. Hal yang perlu kita jadikan pertimbangan dalam variasi media adalah kompetensi yang akan dicapai, keunikan peserta didik baik dalam hal gaya belajar maupun kecerdasan yang mereka miliki. Ingat, bahwa menurut Howard Gardner ada sembilan jenis kecerdasan yang ada dalam peserta didik, yaitu kecerdasan bahasa, kecerdasan logis-matematika, kecerdasan ritmik, kecerdasan spasial, kecerdasan intrapersonal, kecerdasan interpersonal, kecerdasan natural, kecerdasan kinestetik, dan kecerdasan eksistensial.

DAFTAR PUSTAKA

Abimanyu Soli, PAH, D.N., Joni, R (ed.), Keterampilan Bertanya Dasar dan Lanjut, Jakarta: Tim Pengembangan Lembaga Pendidikan Tenaga Pendidikan Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi, 1985.

Aref S. Sadiman dkk., Media Pendidikan, Jakarta: Rajawali, 1986.

E. Mulyasa, Menjadi Guru Profesional: Menciptakan Pembelajaran Kreatif dan Menyenangkan, Bandung: Remaja Rosdakarya, 2005.

Melvin L. Silberman, Active Learning, terj. Muqowim dkk., Yogyakarta: Yappendis, 2005.

Oemar Hamalik, Media Pendidikan, Bandung: Citra Aditya Bakti, 1989.

Suwarna dkk., Pengajaran Mikro, Yogyakarta: Tiara Wacana, 2006

KETERAMPILAN DASAR MENGAJAR [5]

KETERAMPILAN MEMBERI PENGUATAN
Muqowim

A. Pengantar
Pada bagian ini kita akan mempelajari tentang keterampilan dasar memberi penguatan yang mencakup pengertian, tujuan, komponen dalam bertanya dan prinsip bertanya. Hal ini penting kita miliki sebagai pendidik karena kadang kita bersikap dingin terhadap respons peserta didik yang memberikan pemikiran ketika di kelas. Sepertinya pemikiran tersebut tidak kita hargai. Tentu hal ini dapat mengakibatkan melemahnya motivasi dalam belajar.

B. Pengertian
Pernahkah Anda memberikan apresiasi dengan mengatakan “Yah, sebuah pemikiran yang brilian dalam diskusi kita ini, hebat!!”, memberikan isyarat acungan jempol kepada peserta didik yang mempunyai ide cemerlang dalam sebuah diskusi atau memberikan aplaus dengan tepuk tangan setelah seorang peserta didik selesai mempresentasikan makalahnya di kelas? Kalau pernah, berarti Anda telah melakukan proses yang disebut penguatan dalam pembelajaran. Yang dimaksud dengan penguatan di sini adalah sebuah respons terhadap suatu tingkah laku yang dapat meningkatkan kemungkinan berulangnya tingkah laku tersebut. Dengan penguatan diharapkan akan muncul motivasi meningkatkan diri bagi yang diberi penguatan serta mendorong orang lain di sekitarnya melakukan hal yang sama atau lebih baik lagi.

C. Tujuan Penguatan
Pemberian penguatan tidak hanya untuk memberikan motivasi, tapi juga mempunyai tujuan lain. Paling tidak ada empat tujuan dalam hal penguatan pembelajaran. Pertama, penguatan dapat meningkatkan perhatian peserta didik pada matakuliah yang diajarkan. Ketika Anda memberikan penguatan terhadap prestasi peserta didik sebenarnya Anda telah mencoba menarik perhatian mereka untuk lebih memperhatikan, meskipun sejenak terhadap materi yang sedang Anda ajarkan. Coba bayangkan, jika apa pun pendapat peserta didik terhadap materi tidak diapresiasi, tentu mereka akan merasa bosan dan kelihatan monoton.
Kedua, penguatan dapat meningkatkan motivasi belajar. Coba kita refleksikan pada diri sendiri, ketika kita berhasil menyelesaikan sebuah pekerjaan tanpa dihargai atau diapresiasi, bagaimana perasaan kita ketika diberi pekerjaan yang lain? Apakah kita lebih bersemangat mengerjakan tugas baru ataukah kita mengerjakan asal-asalan? Dalam konteks pembelajaran, tentu peserta didik akan lebih termotivasi untuk meningkatkan diri dalam menambah wawasan dan lebih aktif di kelas jika pendapat yang dikemukakan kita hargai.
Ketiga, tujuan pemberian penguatan adalah untuk memudahkan peserta didik belajar. Dengan Anda memberikan penguatan diharapkan peserta didik lebih mudah dalam belajar sebab ketika mereka dihargai akan muncul perasaan senang yang lebih mendorongnya untuk belajar hal-hal baru. Ingat, dalam paradigma baru pendidikan, belajar yang paling baik adalah yang paling menyenangkan. Bagi peserta didik yang senang suasana hatinya, tentu belajar akan lebih mudah ketimbang belajar dalam kondisi tertekan.
Keempat, penguatan bertujuan untuk mengurangi tingkah laku yang negatif serta membina tingkah laku positif. Dengan kita memberikan penguatan dan apresiasi terhadap peserta didik pada dasarnya kita berusaha menciptakan budaya positif kepada peserta didik, bahwa siapa pun yang melakukan hal baik atau berprestasi akan mendapatkan penghargaan. Sebaliknya bagi yang melakukan tindakan tercela atau negatif tidak akan mendapatkan penghargaan. Hal ini sangat diperlukan di tengah maraknya permasalahan bangsa yang cenderung kurang menghargai pandangan pihak lain yang berbeda. Dengan melatih di kelas diharapkan tradisi saling menghargai ini juga berkembang di masyarakat agar budaya kekerasan semakin berkurang.

D. Bentuk Penguatan
Sebagaimana disebutkan di atas bahwa memberikan ucapat ”Hebat!” dan ”Wah, sebuah ide yang bagus!” atau memberikan acungan jempol dan tepuk tangan bersama adalah bagian dari bentuk penguatan. Secara umum ada dua bentuk penguatan dalam pembelajaran, yaitu penguatan verbal dan penguatan non-verbal.
Yang dimaksud dengan penguatan verbal adalah sebuah bentuk respons atau apresiasi dalam pembelajaran yang dilakukan secara lisan dengan memberikan kata pujian, penghargaan, persetujuan dan sebagainya. Sementara itu, penguatan non-verbal adalah sebuah bentuk apresiasi terhadap peserta didik selain menggunakan lisan. Adapun di antara bentuk penguatan non-verbal adalah:
Penguatan berupa gerakan mimik dan badan, misalnya memberikan acungan jempol, dengan senyuman, kerut kening tanda lebih memperhatikan, atau wajah cerah. Pada kenyataannya, banyak di antara kita yang jual senyum kepada siswa. Padahal senyuman kita sangat berarti bagi mereka dalam hal penciptaan suasana nyaman belajar di kelas, apalagi senyuman kita juga dapat berarti shadaqah. Maka, ternyumlah kepada peserta didik kita!
Penguatan dengan cara mendekati, misalnya guru duduk dekat dengan siswa, berdiri di samping siswa atau berjalan di sisi siswa. Kita mungkin sering menjumpai seorang guru yang hanya duduk di satu tempat secara statis dan cenderung mematung, padahal mengajar dengan cara sambil berjalan-jalan di kelas akan lebih membuat suasana kelas lebih nyaman secara psikis.
Penguatan dengan kegiatan yang menyenangkan. Dalam hal ini sebagai pendidik kita dapat menggunakan kegiatan-kegiatan yang disenangi siswa sebagai penguatan, misalnya apabila ada siswa yang lebih memahami sebuah materi, dia diminta maju memberikan penjelasan kepada teman-temannya yang belum bisa. Cara seperti ini akan mendorong hatinya bungah (Jawa-red.). Dalam pandangan David McClelland, orang yang berprestasi dan merasa senang dia akan meningkat terus prestasinya. Ini disebut virus nAch [need for achievement].
Penguatan dengan menggunakan simbol dan benda, misalnya lencana, bintang, atau kartu bergambar. Pernahkah nggak kita memberikan tanda bintang kepada siswa kita yang berprestasi? Jika belum, cobalah kita lakukan, sebab hal ini akan membuat mereka dihargai dan lebih termotivasi.

E. Prinsip-prinsip Penguatan
Agar penguatan yang kita lakukan berhasil, maka beberapa prinsip berikut ini perlu kita perhatikan, yaitu:
Kehangatan dan antusias
Penguatan harus kita lakukan dengan tulus, tidak dibuat-buat atau ada kesan asal melakukan penguatan. Jika demikian, maka tujuan penguatan yang kita lakukan tidak tercapai misalnya meningkatkan motivasi atau meningkatkan prestasi peserta didik. Karena itu, dalam melkukan penguatan kita harus lebih bersemangat.
Kebermaknaan
Penguatan yang kita berikan hendaknya yang dapat meningkatkan motivasi peserta didik, meningkatkan prestasi belajar, dan menarik perhatian siswa. Untuk itu, kita perlu memperhatikan konteks saat penguatan dilakukan, sebab jangan sampai penguatan dilakukan pada saat yang kurang tepat. Perlu diingat, bahwa penguatan dilakukan justru ketika perhatian peserta didik mulai berkurang, motivasi rendah, dan mereka belum fokus ke pembelajaran.
Menghindari respons yang negatif
Sebelum memberikan penguatan, kita perlu memperhatikan konteks agar penguatan yang kita lakukan justru tidak kontraproduktif. Seharusnya meningkatkan motivasi tapi malah menurunkan motivasi. Seharusnya membuat peserta didik lebih bersemangat belajar tapi malah tersinggung atau menyepelekan. Ini mungkin saja terjadi jika kita tidak mempertimbangkan konteks audiens. Sebagai contoh, cara memberikan penguatan verbal di sekolah Jawa tentu berbeda dengan ketika berada di luar Jawa. Begitu juga, tentu berbeda bentuk penguatan yang kita berikan di sekolah daerah pedesaan dengan di perkotaan.
Penguatan pada perseorangan
Penguatan akan lebih tepat sasaran dan bermakna jika mempertimbangkan siapa audiensnya. Jika tujuan memberikan penguatan untuk peserta didik secara perseorangan tentu berbeda dengan jika kita memberikan penguatan untuk kelompok. Karena itu, sasaran perlakuan akan mempengaruhi bentuk penguatan yang kita berikan. Jika secara perseorangan, maka penguatan juga harus khusus perseorangan.
Penguatan pada sebuah kelompok
Terkait dengan audiens poin sebelumnya, dalam hal ini jika penguatan ditujukan pada kelompok, maka bentuk penguatan juga harus mengikuti.
Penguatan yang diberikan dengan segera
Penguatan akan lebih tepat sesaat setelah peserta didik menunjukkan prestasi, tidak diselingi. Sebab, jika diselingi, konteksnya sudah berbeda, dan sangat mungkin peserta didik sudah lain perhatian dan fokusnya. Dengan kata lain, jika akan memberikan penguatan, jangan kita tunda-tunda!
Penguatan yang diberikan secara variatif
Dalam memberikan penguatan pembelajaran, kita harus menggunakan variasi bentuk, verbal maupun non-verbal. Bayangkan respons peserta didik jika dari pertemuan pertama sampai pertemuan terakhir kita hanya memberikan penguatan verbal saja, itupan hanya kata ”Hebat!!”. Apa yang terjadi? Sangat mungkin peserta didik kita akan mendahului mengatakan ”Hebat!!” sebelum kita mengatakannya, sebab mereka sudah hafal. Di samping itu, hal ini juga sebagai bentuk kebosanan. Yang terjadi malah semacam olok-olok kepada kita, bukan memotivasi mereka. Untuk itu, dalam hal penguatan kita harus melakukan variasi.

DAFTAR PUSTAKA

Abimanyu Soli, PAH, D.N., Joni, R (ed.), Keterampilan Bertanya Dasar dan Lanjut, Jakarta: Tim Pengembangan Lembaga Pendidikan Tenaga Pendidikan Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi, 1985.

Aref S. Sadiman dkk., Media Pendidikan, Jakarta: Rajawali, 1986.

E. Mulyasa, Menjadi Guru Profesional: Menciptakan Pembelajaran Kreatif dan Menyenangkan, Bandung: Remaja Rosdakarya, 2005.

Melvin L. Silberman, Active Learning, terj. Muqowim dkk., Yogyakarta: Yappendis, 2005.

Oemar Hamalik, Media Pendidikan, Bandung: Citra Aditya Bakti, 1989.

Suwarna dkk., Pengajaran Mikro, Yogyakarta: Tiara Wacana, 2006

KETERAMPILAN DASAR MENGAJAR [4]

KETERAMPILAN BERTANYA
Muqowim

A. Pengantar
Pada bagian ini kita akan mempelajari tentang keterampilan dasar bertanya yang mencakup pengertian, tujuan, komponen dalam bertanya dan prinsip bertanya. Agaknya, bertanya bukan persoalan sepele, sebab ada beberapa ketentuan yang perlu kita cermati agar bertanya lebih punya makna.

B. Pengertian
Menurut Brown bertanya adalah setiap pernyataan yang mengkaji atau menciptakan ilmu pada diri peserta didik. Cara untuk mengajukan pertanyaan yang berpengaruh positif bagi kegiatan belajar peserta didik merupakan suatu hal yang tidak mudah. Oleh sebab itu, sebagai pendidik kita hendaknya berusaha agar memahami dan menguasai penggunaan keterampilan dasar mengajar bertanya.
Keterampilan dasar mengajar bertanya dapat kita kelompokkan menjadi dua tingkatan, yaitu keterampilan dasar mengajar bertanya tingkat dasar dan keterampilan dasar mengajar tingkat lanjut. Keterampilan dasar mengajar bertanya tingkat dasar mempunyai beberapa komponen dasar yang perlu diterapkan dalam mengajukan segala jenis pertanyaan. Sementara itu, keterampilan dasar mengajar dasar bertanya tingkat lanjut merupakan lanjutan dari keterampilan dasar mengajar bertanya tingkat dasar, dan berfungsi untuk mengembangkan kemampuan berpikir peserta didik, memperbesar partisipasi mereka dan mendorong mereka agar dapat mengambil inisiatif sendiri.

C. Tujuan Keterampilan Bertanya
Keterampilan bertanya perlu kita pelajari sebagai pendidik sebab ada banyak tujuan kita mempunyai jenis keterampilan ini, yaitu:
1. Membangkitkan minat dan rasa ingin tahu peserta didik terhadap suatu masalah yang sedang dibicarakan.
Dengan memberikan pertanyaan kita akan dapat menarik minat peserta didik dalam perkuliahan. Terlebih jika pertanyaan yang kita berikan tidak sembarangan, alias memerlukan pemikiran dan renungan mendalam karena cukup pelik dan tidak dapat dilihat secara hitam putih. Untuk memancing rasa ingin tahu peserta didik kita perlu memilih pertanyaan terkait dengan isu-isu baru yang lagi in dan sesuai dengan dunia peserta didik.
2. Memusatkan perhatian siswa pada suatu masalah yang sedang dibahas.
Dengan bertanya kita dapat menarik perhatian siswa terhadap satu persoalan. Kita dapat mempersiapkan berbagai jenis pertayaan yang relevan dengan topic perkuliahan yang kita sampaikan. Ada trik tertentu agar semua peserta didik fokus ke pertanyaan. Sebagai contoh, di tengah kita sedang menjelaskan topik secara tiba-tiba kita lemparkan sebuah gulungan kertas yang sudah kita siapkan kepada salah seorang peserta didik yang kita anggap kurang memperhatikan. Peserta didik yang kita lempar itu langsung kita berikan pertanyaan terkait dengan topic. Biasanya peserta didik lainnya akan diam dan semua focus ke kejadian ini dan juga ke pertanyaan yang kita ajukan. Ini sebagai bagian dari shock therapy. Pada pertemuan berikutnya biasanya sudah berkurang orang yang tidak memperhatikan perkuliahan.
3. Mendiagnosis kesulitan-kesulitan khusus yang menghambat peserta didik dalam belajar
Dengan melontarkan pertanyaan kita akan mengetahui sejauhmana pemahaman peserta didik tentang topic perkuliahan. Jika sudah paham, kita dapat meneruskan topik perkuliaha berikutnya, namun jika belum paham kita dapat mengulangi pembahasan atau mendiskusikan lebih jauh, atau mengulangi lagi pada pertemuan berikutnya. Selain itu, jika peserta didik belum paham terhadap materi perkuliaha kita dapat segera mengidentifikasi berbagai penyebabnya sehingga akan kita tawarkan solusinya.
4. Mengembangkan cara belajar siswa aktif
Bertanya pada dasarnya ada proses memahami yang pro aktif. Bertanya berarti memahami sebagian materi. Bertanya dapat melatih peserta didik aktif mencari ilmu pengetahuan.
5. Memberikan kesempatan kepada siswa untuk mengasimilasikan informasi
Dengan kita memberikan pertanyaan sebenarnya menuntut peserta didik merenungkan kembali informasi dan pengetahuan yang telah diperoleh. Dengan pertanyaan kita dapat melatih peserta didik melakukan proses seleksi pengethuan untuk menjawab persoalan yang kita ajukan.
6. Mendorong siswa mengemukakan pendapat dalam diskusi
Dengan kita berikan pertanyaan kepada seluruh anak, mereka dibiasakan mengemukakan pendapat di muka umum. Di samping itu, jika terjadi perbedaan pandangan mereka akan dilatih menghargai pandangan orang lain.
7. Menguji dan mengukur hasil belajar
Tujuan terakhir dari keterampilan bertanya adalah untuk menguji dan mengukir hasil belajar. Ini berarti kegiatan bertanya dikaitkan dengan tujuan pembelajaran apakah sudah tercapai ataukah belum.

D. Komponen Keterampilan Bertanya
Seperti komponen-komponen sebelumnya, keterampilan dasar mengajar bertanya juga memiliki beberapa komponen. Hanya saja, komponen tersebut tergantung pada tingkatannya, yaitu antara tingkat dasar dan tingkat lanjut.
1. Keterampilan dasar mengajar bertanya tingkat dasar
a. Penggunaan pertanyaan secara jelas dan singkat
Pertanyaan guru harus diungkapkan secara jelas dan singkat dengan menggunakan kata-kata yang mudah dipahami oleh peserta didik sesuai dengan taraf perkembangannya. Tingkatan ini jarang digunakan pada peserta didik kecuali unutk beberapa disiplin ilmu yang memang masih baru atau masih asing sehingga pertanyaan yang diberikan masih bersifat dasar.
Contoh: apakah perbedaan antara model pendidikan pedagogi dengan andragogi?
b. Pemberian acuan
Sebelum memberikan pertanyaan, kadang-kadang kita perlu memberikan acuan berupa pernyataan yang berisi informasi yang relevan dengan jawaban yang diharapkan dari peserta didik.
Contoh: Kita ketahui bersama bahwa pendidikan pada dasarnya merupakan sebuah sistem yang di dalamnya terdapat banyak komponen. Coba kamu sebutkan apa saja kompnen yang terdapat dalam pendidikan tersebut!
c. Pemindahan giliran
Adakalanya satu pertanyaan perlu dijawab oleh lebih dari seorang peserta didik, karena jawaban yang diberikan belum benar atau belum memadai. Untuk itu kita dapat menggunakan teknik pemindahan giliran. Mula-mula kita mengajukan pertanyaan kepada seluruh kelas, kemudian memilih salah seorang peserta didik untuk menjawab, dengan cara menyebut namanya, atau dengan menunjuk salah seorang dari mereka.
Contoh: Kita mengajukan pertanyaan berikut kepada seluruh kelas: ”Pola pemikiran umat Islam Indonesia secara genealogis tidak terlepas dari sejarah masuknya Islam ke wilayah Nusantara. Coba kamu sebutkan jalur-jalur penyebaran Islam ke Nusantara beserta implikasi pemikiran yang ditimbulkan!” Sangat mungkin jawaban yang muncul pertama kali baru satu perspektif, maka kita dapat menawarkan kembali kepada peserta didik lain tentang pertanyaan yang kita ajukan tersebut.
d. Penyebaran
Untuk melibatkan peserta didik sebanyak-banyaknya di dalam pelajaran, kita perlu menyebarkan giliran untuk menjawab pertanyaan secara acak. Kita hendaknya berusaha melontarkan pertanyaan ke semua peserta didik agar semua mendapat giliran yang sama.
e. Pemberian waktu berpikir
Setelah mengajukan pertanyaan kepada seluruh kelaas, kita perlu memberi waktu beberapa saat untuk berpikir sebelum menunjuk salah seorang seorang peserta didik untuk menjawabnya.
f. Pemberian tuntunan
Bila seorang peserta didik memberikan jawaban yang kurang rasional atau kurang tepat, kita hendaknya memberikan beberapa batasan atau catatan kepada peserta didik itu, agar ia dapat menemukan sendiri jawaban yang benar baik dengan mendiskusikan bersama sesame teman atau melalui penelusuran di perpustakaan.

2. Komponen-komponen keterampilan dasar mengajar bertanya tingkat lanjut
a. Pengubahan tuntunan tingkat kognisi dalam menjawab pertanyaan
Pertanyaan yang kita kemukakan dapat mengandung proses mental yang rendah sampai proses mental yang tinggi. Oleh karena itu, dalam mengajukan pertanyaan, kita hendaknya berusaha mempertimbangkan tuntutan tingkat kognisi dalam menjawab pertanyaan dari tingkat yan paling rendah, yaitu: evaluasi ingatan, pemahaman penerapan, analisis, sintesis dan aplikasi. Tentu kita harus membedakan level berpikir yang hanya mengetahui dengan yang level menganalisis.
b. Pengaturan urutan pertanyaan
Untuk mengembangkan tingkat kognisi dari yang sifatnya lebih rendah ke yang lebih tinggi dan kompleks, kita hendaknya dapat mengatur urutan pertanyaan yang diajukan kepada peserta didik. Misalnya, pertama-tama kita mengaajukan pertanyaan yang bersifat ingatan, setelah itu pertanyaan kita naikkan ke pemahaman, penerapan, analisis, dan akhirnya evaluasi.
c. Penggunaan pertanyaan pelacak
Jika jawaban yang diberikan peserta didik kita nilai benar, tetapi masih dapat ditingkatkan menjadi labih sempurna, maka kita dapat mengajukan pertanyaan-pertanyaan pelacak kepada mereka. Misalnya dengan ungkapan, “Menurut Saudara, kira-kira yang menjadi penyebab apa ya?” atau “Coba kalau dikaitkan dengan konteks keindonesiaan, apa dampak pemikiran tokoh Muhammad Abduh tersebut?” dan seterusnya.
d. Peningkatan terjadinya interaksi
Agar peserta didik lebih terlihat secara keseluruhan, jawaban yang mungkin belum sempurna diberikan oleh salah seorang siswa tidak harus langsung kita jawab, namun kita lontarkan kembali ke semua orang agar memberikan komentar atau jawaban. Kalau bisa hindari menjadi tenaga pendidik otoriter yang hanya mau menang sendiri dalam berpendapat tanpa melibatkan peserta didik. Apalagi untuk konteks peserta didik sudah mampu berpikir mandiri. Yang kita perlukan hanya kisi-kisi atau poin-poin pokok saja.

E. Prinsip Keterampilan Bertanya
Kalau kita ingin mempunyai keterampilan bertanya yang baik kita dapat mencermati prinsip-prinsip penggunaan keterampilan bertanya berikut ini.
1. Kehangatan dan antusias
Kita perlu menunjukkan kepada seluruh peserta didik bahwa kita menguasai persoalan yang dibahas dan pertanyaan yang kita ajukan memang sangat menarik, bukan asal-asalan bertanya. Hal ini dapat kita buktikan melalui sikap, baik pada waktu mengajukan pertanyaan maupun ketika menerima jawaban. Sikap dan gaya kita termasuk suara, ekspresi wajah, gerakan, dan posisi badan menampakkan ada tidaknya kehangatan dan antusiasme kita.
2. Kebiasaan yang perlu dihindari
a. Jangan mengulang-ulang pertanyaan apabila peserta didik tak mampu menjawabnya. Hal ini dapat menyebabkan munurunnya perhatian dan partisipasi.
b. Jangan mengulang-ulang jawaban peserta didik.
c. Jangan menjawab sendiri pertanyaan yang diajukan sebelum peserta didik memperoleh kesempatan untuk menjawabnya.
d. Usahakan agar peserta didik tidak menjawab pertanyaan secara serempak, sebab kita tidak mengetahui dengan pasti siapa yang menjawab dengan benar dan siapa yang salah.
3. Merata
Usahakan mengajukan pertanyaan ke seluruh peserta didik, tidak pilih-pilih.

DAFTAR PUSTAKA

Abimanyu Soli, PAH, D.N., Joni, R (ed.), Keterampilan Bertanya Dasar dan Lanjut, Jakarta: Tim Pengembangan Lembaga Pendidikan Tenaga Pendidikan Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi, 1985.

Aref S. Sadiman dkk., Media Pendidikan, Jakarta: Rajawali, 1986.

E. Mulyasa, Menjadi Guru Profesional: Menciptakan Pembelajaran Kreatif dan Menyenangkan, Bandung: Remaja Rosdakarya, 2005.

Melvin L. Silberman, Active Learning, terj. Muqowim dkk., Yogyakarta: Yappendis, 2005.

Oemar Hamalik, Media Pendidikan, Bandung: Citra Aditya Bakti, 1989.

Suwarna dkk., Pengajaran Mikro, Yogyakarta: Tiara Wacana, 2006

KETERAMPILAN DASAR MENGAJAR [3]

KETERAMPILAN MENJELASKAN
Muqowim

A. Pengantar
Pada bagian ini kita akan membicarakan tentang keterampilan dasar mengajar menjelaskan. Keterampilan ini kita ketahui, sebab ketika mengajar kadang ada persoalan yang tidak mudah dipahami sehingga perlu ada penjelasan. Tidak semua penjelasan dapat dipahami oleh peserta didik. Karena itu, ada beberapa hal yang harus dipahami agar penjelasan yang kita sampaikan mudah dipahami peserta didik.

B. Pengertian
Yang dimaksud dengan keterampilan dasar mengajar menjelaskan dalam pembelajaran ialah keterampilan menyajikan informasi secara lisan yang diorganisasi secara sistematis untuk menunjukkan adanya hubungan antara satu bagian dengan lainnya, misalnya antara sebab dan akibat, definisi dengan contoh atau dengan sesuatu yang belum diketahui. Penyampaian informasi yang terencana dengan baik dan disajikan dengan urutan yang cocok, merupakan ciri utama kegiatan menjelaskan. Pemberian penjelasn merupakan suatu aspek yang sangat penting dalam kegiatan seoang guru. Interaksi di dalam kelas cenderung dipenuhi oleh kegiatan pembicaraan baik oleh tenaga pendidik sendiri, oleh tenaga pendidik dan peserta didik, maupun antar peserta didik.

C. Tujuan Keterampilan Menjelaskan
Mengapa kita perlu menguasai keterampilan dasar mengajar menjelaskan? Sebab, ada beberapa tujuan yang akan kita peroleh dengan menguasai keterampilan ini, yaitu:
1. Membimbing peserta didik memahami materi yang dipelajari.
2. Melibatkan peserta didik untuk berpikir dengan memecahkan masalah-masalah.
3. Memberi balikan kepada peserta didik mengenai tingkat pemahamannya, dan untuk mengatasi kesalahpahaman mereka.
4. Membimbing peserta didik untuk menghayati dan mendapat proses penalaran, serta menggunakan bukti-bukti dalam pmecahan masalah.
5. Menolong peserta didik untuk mendapatkan dan memahami hukum, dalil, dan prinsip-prinsip umum secara objektif dan bernalar.

D. Komponen Keterampilan Dasar Menjelaskan
Komponen-komponen keterampilan dasar mengajar menjelaskan adalah sebagai berikut:
1. Komponen merencanakan
Agar penjelasan kita mudah dimengerti peserta didik, penjelasan yang kita berikan perlu direncanakan dengan baik, terutama yang berkenaan dengan isi pesan dan penerima pesan. Dua hal tersebut sangat menentukan apakah penjelasan kita tepat sasaran atau tidak.
a. Isi pesan (materi) meliputi:
1) Sebelum memberikan penjelasan, buatlahh analisis terlebih dahulu terhadap masalah secara keseluruhan. Dalam hal ini termasuk pengindentifikasian unsur-unsur apa yang akan dihubungkan dalam penjelasan tersebut.
2) Kita perlu mengenali lebih detil tentang jenis hubungan yang ada antara unsur-unsur yang dibicarakan. Jangan sampai penjelasan yang kita berikan tidak nyambung dengan tujuan pembelajaran dan topik perkuliahan.
3) Sebelum memberikan penjelasan, kita harus memahami terlebih dahulu tentang penerapan hukum, rumus atau generalisasi yang sesuai dengan masalah yang ada. Ketidakjelian kita dalam melihat formula yang tepat dari masalah yang kita bahas hanya akan menjadikan peserta didik tidak paham atau bahkan bingung.
b. Penerima pesan
Merencanakan suatu penjelasan harus mempertimbangkan penerima pesan. Penjelasan yang disampaikan tersebut sangat bergantung pada kesiapan audiens yang mendengarkannya. Hal ini berkaitan erat dengan jenis kelamin, usia, kemampuan, latar belakang sosial dan lingkungan belajar. Oleh karena itu, dalam merencanakan suatu penjelasan harus selalu mempertimbangan faktor-faktor tersebut di atas. Dalam pendidikan berlaku formula “metode lebih penting daripada materi” [al-tariqah ahammu min al-maddah]. Dalam konteks ini kecermatan kita dalam melihat siapa yang kita hadapi akan sangat menentukan jenis metode pembelajaran apa yang paling tepat digunakan di kelas.
2. Penyajian suatu penjelasan
Penyajian suatu penjelasan dapat kita tingkatkan hasilnya dengan memperhatikan hal-hal sebagai berikut:
a. Kejelasan
Penjelasan hendaknya diberikan dengan menggunakan bahasa yang mudah dimengerti oleh peserta didik. Usahakan untuk menghindari penggunaan ucapan-ucapan berikuut ini, seperti “ee”, ”aa”, ”mm”, ”kira-kira”, ”umumnya”, ”biasanya”, ”sering kali”, dan istiah-istilah lain yang tidak dapat dimengerti oleh audiens. Ungkapan-ungkapan tersebut kadang malah membuat peserta didik terganggu dan akhirnya tidak dapat menangkap pesan yang disampaikan.
b. Penggunaan contoh dan ilustrasi
Dalam memberikan penjelasan sebaiknya menggunakan contoh-contoh yang ada hubungannya dengan sesuatu yang dapat ditemui oleh peserta didik dalam kehidupan sehari-hari. Kita tentu tahu konsep CTL, Contextual Teaching and Learning, bahwa proses pembelajaran yang kita lakukan seharusnya lebih bermakna bagi peserta didik. Agar lebih bermakna, maka pembelajaran harus lebih faktual dan kontekstual. Peserta didik akan lebih tertarik mengikuti kegiatan pembelajaran jika dikaitkan dengan dunia mereka.
3. Pemberian tekanan
Dalam memberikan penjelesan, kita harus mengarahkan perhatian peserta didik agar terpusat pada masalah pokok, dan mengurangi informasi yang tidak penting. Dalam hal ini kita dapat menggunakan tanda atau isyarat lisan seperti: “yang terpenting”, “perhatikan baik-baik konsep ini”, “perhatikan, yang ini agak susah”.
4. Penggunaan balikan
Kita hendaknya memberi kesempatan kepada peserta didik untuk menunjukkan pamahaman, keraguan, atau ketidamengertiannya ketika penjelasan itu kita berikan. Berdasarkan balikan itu kita perlu melakukan penyesuaian dalam penyajiannya, misalnya kecepatannya, memberi contoh tambahan atau mengulangi kembali hal-hal yang penting. Balikan tentang sikap peserta didik dapat dijaring bersamaan dengan pertanyaan yang bertujuan menjaring balikan tentang pemahaman mereka. Hal ini dapat dilakukan dengan mengajukan pertanyaan seperti: ”Apakah kalian mengerti dengan penjelasan tadi?” Juga perlu ditanyakan, “Apakah penjelasan tadi bermakna bagi kalian?”, dan sebagainya.

E. Prinsip Keterampilan Dasar Menjelaskan
Agar kita dapat menggunakan keterampilan menjelaskan dalam pembelajaran dengan baaik, ada beberapa prinsip yang perlu kita perhatikan. Prinsip-prinsip penggunaan keterampilan dasar mengajar tersebut adalah:
1. Penjelasan dapat diberikan di awal, di tengah, ataupun di akhir jam pertemuan (pelajaran), tergantung pada keperluannya. Penjelasan tadi dapat juga diselingi dengan tujuan pembelajaran.
2. Penjelasan harus relevan dengan tujuan pembelajaran
3. Kita dapat memberikan penjelasan apabila ada pertanyaan dari peserta didik ataupun yang telah kita rencanakan sebelumnya.
4. Materi penjelasan harus bermakna bagi peserta didik.
5. Penjelasan harus sesuai dengan kemampuan dan karakteristik peserta didik.

DAFTAR PUSTAKA

Abimanyu Soli, PAH, D.N., Joni, R (ed.), Keterampilan Bertanya Dasar dan Lanjut, Jakarta: Tim Pengembangan Lembaga Pendidikan Tenaga Pendidikan Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi, 1985.

Aref S. Sadiman dkk., Media Pendidikan, Jakarta: Rajawali, 1986.

E. Mulyasa, Menjadi Guru Profesional: Menciptakan Pembelajaran Kreatif dan Menyenangkan, Bandung: Remaja Rosdakarya, 2005.

Melvin L. Silberman, Active Learning, terj. Muqowim dkk., Yogyakarta: Yappendis, 2005.

Oemar Hamalik, Media Pendidikan, Bandung: Citra Aditya Bakti, 1989.

Suwarna dkk., Pengajaran Mikro, Yogyakarta: Tiara Wacana, 2006

KETERAMPILAN DASAR MENGAJAR [2]

KETERAMPILAN MEMBUKA DAN MENUTUP PELAJARAN
Muqowim

A. Pengantar
Dalam pembelajaran, kegiatan membuka dan menutup mempunyai kedudukan penting. Kegiatan membuka penting sebab pada sesi ini sangat menentukan apakah kita mampu menarik perhatian peserta didik terlibat secara aktif dalam pembelajaran atau tidak. Ketidakmampuan kita menarik perhatian peserta didik akan berdampak pada pencapaian indicator pembelajaran setiap perkuliahan. Sementara itu, kegiatan menutup penting karena melalui kegiatan ini akan dapat dilihat apakah proses perkuliahan berhasil atau tidak dalam mencapai indicator pembelajaran. Sebab, pada kegiatan ini seorang tenaga pendidik perlu melihat ketercapaian indicator setiap pembelajaran yang disampaikan pada awal perkuliahan.
Keterampilan dasar mengajar membuka pelajaran adalah kegiatan yang dilakukan oleh guru/dosen dalam kegiatan pembelajaran untuk menciptakan prakondisi peserta didik agar minat dan perhatiannya terpusat pada apa yang akan dipelajarinya. Dengan demikian, usaha tersebut akan memberikan efek yang positif bagi kegiatan pembelajaran. Diharapkan kegiatan ini mampu menciptakan suasana mental peserta didik agar terpusat pada hal-hal yang dipelajarinya. Kegiatan membuka pelajaran dilakukan pada awal perkuliahan. Pada saat ini tenaga pendidik mengemukakan tujuan yang akan dicapai, menarik perhatian peserta didik, memberi acuan, dan membuat kaitan antara materi yang telah dikuasai oleh peserta didik dengan bahan yang akan dipelajarinya.
Sementara itu, keterampilan menutup pelajaran ialah kegiatan yang dilakukan oleh tenaga pendidik untuk mengakhiri pelajaran. Kegiatan ini antara lain mencakup evaluasi atas pencapaian indicator pembelajaran, review perkuliahan, dan penugasan atau tindak lanjut.

B. Tujuan Kegiatan
Keterampilan dasar membuka pelajaran paling tidak memiliki empat tujuan, yaitu:
1. Membantu mempersiapkan diri agar sejak semula sudah dapat membayangkan pelajaran yang akan dipelajari
Pada kegiatan ini, kita perlu menyampaikan apa tujuan perkuliahan yang akan dicapai. Dalam konteks seluruh perkuliahan, apa hubungan tujuan satu pertemuan dengan pertemuan yang lain. Selain tujuan perkuliahan, dalam kegiatan pembuka juga perlu kita sampaikan kegiatan apa saja yang akan dilakukan bersama, apakah diskusi kelas, mencermati kasus, debat, atau tugas lain yang mendukung pencapaian tujuan perkuliahan.
2. Menimbulkan minat dan perhatian peserta didik pada apa yang akan dipelajari
Adalah sangat penting membangkitkan minat peserta didik sejak awal agar tertarik belajar bersama. Jangan sampai kita mengajar peserta didik yang pasif atau tidak mau tahu dengan perkuliahan yang kita berikan hanya karena kita tidak dapat menarik perhatian dan membangkitkan minat. Ada banyak cara atau kita membangkitkan minat misalnya melalui cerita, anekdot, humor, quiz atau kasus aktual. Tentu kita tidak boleh sekedar menyampaikan cerita, humor atau quiz yang di luar konteks. Usahakan mencari cerita yang relevan dengan topic perkuliahan. Sebagai contoh, ketika membicarakan topik kebijakan pemerintah tentang guru, kita dapat mengutip data kesejahteraan guru di Jepang atau Malaysia yang sangat tinggi atau Kebijakan Ekonomi Baru (New Economic Policy) pemerintah Malaysia tahun 1970 yang berpihak pada bidang pendidikan dengan cara mengirimkan ribuan orang menuntut ilmu ke luar negeri Timur ataupun Barat termasuk Indonesia. Tidak mengherankan jika pada decade 70-an dan 80-an banyak kita jumpai pelajar dan peserta didik asal negeri jiran ini yang menuntut ilmu ke Indonesia. Kondisi sekarang berbalik. Banyak orang Indonesia yang menuntut ilmu ke Malaysia.
Contoh lain menarik peserta didik adalah memberikan kasus kontroversial di media massa. Misalnya ketika berbicara tentang topic multikultural, kita dapat menyampaikan kliping korang tentang Kasus Monas. Dalam hal ini, sudah menjadi keharusan bahwa setiap tenaga pendidik harus banyak membaca dan mengikuti perkembangan mutakhir melalui koran, internet dan sebagainya.
3. Membantu peserta didik untuk mengetahui batas-batas tugas yang akan dikerjakan
Melalui kegiatan membuka, kita dapat menyampaikan tentang apa saja yang relevan dengan topic bahasan dan apa saja yang tidak. Hal ini tidak lepas dari indikator pembelajaran. Hal lain yang dapat kita sampaikan adalah jenis kegiatan dan tugas yang dapat dilakukan untuk mendukung pembelajaran di kelas ataupu di luar kelas.
4. Membantu peserta didik untuk mengetahui hubungan antara pengalaman-pengalaman yang telah dikuasainya dengan hal-hal baru yang akan dipelajari atau yang belum dipelajari atau yang belum dikenalnya.
Peserta didik adalah orang dewasa yang sudah mempunyai sejumlah pengetahuan dan pengalaman. Karena itu, pembelajaran tidak akan bias berjalan sebagaimana mestinya jika perkuliahan tidak mempertimbangkan pengetahuan dan pengalaman yang dimiliki. Hal ini penting dilakukan untuk memetakan pemahaman peserta didik tentang topik yang dipelajari, apakah sepenuhnya tidak dipahami ataukah sudah dipahami. Salah satu cara mengetahui hal ini adalah dengan melakukan brainstorming terhadap topic perkuliahan.
Sementara itu, keterampian dasar mengajar menutup pelajaran setidaknya memiliki tiga tujuan, yaitu:
1. Mengetahui tingkat keberhasilan peserta didik dalam mempelajari materi pelajaran
Pada tahap kegiatan akhir perkuliahan, penting bagi kita mengecek atau mengevaluasi apakah proses perkuliahan yang telah dilakukan sudah berhasil mencapai indicator pembelajaran atau belum. Sebab, mungkin kita sering menemukan perkuliahan yang terlalu melebar sehingga indikator kadang malah tidak tercapai. Jika proses perkuliahan sudah seperti diharapkan namun ternyata peserta didik belum juga memahami topik perkuliahan, maka kita dapat membuat tindak lanjut apakah dengan memberikan penugasan atau akan mengulangi pembahasan pada perkuliahan berikutnya.
Di antara cara mengetahui keberhasilan peserta didik memahami topik adalah dengan melontarkan sejumlah pertanyaan, pembuatan review, komentar atau menanyakan apakah masih ada yang belum dipahami kepada peserta didik.
2. Mengetahui tingkat keberhasilan tenaga pendidik dalam pembelajaran
Kegiatan penutup juga berguna bagi kita untuk mengetahui apakah topik perkuliahan yang kita sampaikan dipahami oleh peserta didik atau tidak. Kegiatan ini dapat kita jadikan sebagai media refleksi atas proses perkuliahan yang kita lakukan. Jika ternyata diketahui banyak peserta didik yang tidak memahami apa yang kita sampaikan, maka kita dapat mengevaluasi diri kita sendiri sehingga kita dapat memperbaiki proses perkuliaha berikutnya.
3. Membantu peserta didik untuk mengetahui hubungan antara pengalaman-pengalaman yang telah dikuasainya dengan hal-hal yang baru saja dipelajarinya.
Kegiatan menutup berguna untuk mengetahui sejauhmana pengalaman dan pengetahuan yang dimiliki dapat kita elaborasi melalui proses perkuliahan, apakah pengetahuan dan pengalaman peserta didik sebelumnya bermanfaat atau tidak.

C. Komponen Keterampilan
Setelah mempelajari tujuan keterampilan dasar membuka dan menutup perkuliahan, kita akan mempelajari komponen yang ada dalam kegiatan membuka dan menutup pembelajaran. Paling tidak ada empat komponen yang perlu kita perhatikan dalam keterampilan dasar mengajar membuka perkuliahan yaitu menarik perhatian peserta didik, memberikan motivasi, memberikan acuan, dan membuat kaitan [appersepsi].
1. Menarik perhatian peserta didik
Sebagaimana kita bahas sebelumnya bahwa pembelajaran akan berjalan dengan baik jika ada perhatian. Untuk itu, kita perlu mencari cara terbaik agar peserta didik mempunyai perhatian terhadap perkuliahan. Berikut ini adalah di antara cara untuk menarik perhatian, yaitu:
a. Variasi gaya mengajar
Bagaimana perasaan kita jika mengikuti sebuah kegiatan ilmiah seperti seminar atau konferensi tapi sang pembicara menyampaikan materi secara monoton, seakan-akan berbicara kepada diri sendiri dan tidak memahami siapa yang dihadapi? Tentu kita bosan bukan? Sudahkah kita menganalogkan kondisi semacam ini dengan proses perkuliahan yang kita lakukan di kelas? Anggap saja peserta didik adalah kita ketika di forum seminar tersebut. Bagi peserta didik tentu kita dianggap tenaga pendidik paling membosankan dan mereka berharap jam segera berakhir.
Jika kita menyadari akan kondisi tersebut, maka sebaiknya kita segera berpikir dan melakukan perubahan dalam gaya mengajar. Dalam menyampaikan materi jangan hanya dengan ceramah tapi juga dengan media lain semacam OHP atau LCD. Jika terpaksa dengan ceramah ada banyak cara membuat ceramah yang menarik misalnya dengan memberikan anekdor, puisi, cerita atau nyanyian sebagai selingan.
b. Penggunaan alat bantu mengajar
Selain dengan melakukan variasi gaya mengajar, kita juga perlu menggunakan alat Bantu mengajar agar pesan atau materi yang kita sampaikan dipahami peserta didik. Apalagi sekarang sudah tersedia peralatan canggih seperti LCD atau internet. Jika kelas kita sudah terhubung dengan internet kita bisa menampilkan data melalui internet secara langsung.
c. Variasi pola interaksi
Akhirnya untuk menarik perhatian kita perlu melakukan variasi dalam pola interaksi. Jangan sampai komunikasi yang kita lakuka satu arah, hanya dari tenaga pendidik saja tanpa mengajak peserta didik mengemukakan gagasan atau pemikiran. Bahkan, kita perlu melakukan variasi hubungan antara tenaga pendidik dengan peserta didik dan antar peserta didik sendiri juga.
2. Memotivasi peserta didik
Komponen berikutnya dalam kegiatan membukaadalah memberikan motivasi. Hal ini antara lain dapat dilakukan dengan:
a. Menimbulkan kehangatan dan keantusiasan
Peserta didik akan lebih termotivasi dalam belajar jika suasana kelas dikondisikan yang memungkinkan setiap orang merasa memiliki dan terlibat secara fisik dan mental. Faktor penting yang perlu kita perhatikan adalah gaya mengajar kita yang tidak menganggap peserta didik sebagai obyek belajar namun sebagai hubungan setara, sama-sama sebagai subyek dalam pembelajaran.
b. Menimbulkan rasa ingin tahu
Peserta didik akan lebih termotivasi dalam pembelajaran jika kita tumbuhkan rasa ingin tahu secara terus-menerus. Hal ini dapat dilakukan dengan memberikan pengetahuan yang sifatnya baru. Untuk itu, kita harus banyak memberikan wacana baru dan segar yang memancing peserta didik terus mengikuti perkuliahan dan menindaklanjuti melalui pembelajaran mandiri di luar kelas.
c. Mengemukakan ide yang bertentangan
Cara lain untuk meningkatkan motivasi adalah dengan mengemukakan gagasan yang aneh dan kontroversial. Ini hanya sekedar cara yang kita gunakan untuk membangkitkan minat. Sebab, dengan kasus-kasus semacam itu biasanya akan muncul pemikiran peserta didik yang beragam.
d. Memperhatikan minat peserta didik
Akhirnya, pembelajaran akan berjalan dengan efektif jika ada motivasi dari dalam. Motivasi dari dalam muncul karena adanya minat. Untuk itu, kita harus menyampaikan perkuliahan yang menarik dan membangkitkan minat untuk dibahas dan dikaji bersama dengan peserta didik. Ingat, satu persoalan boleh menarik bagi kita tapi belum tentu manrik minat peserta didik. Karena itu, pemilihan ilustrasi dan penjelasan dalam perkuliahan harus lebih menekankan minat peserta didik.
3. Memberi acuan
Komponen lain dalam kegiatan membuka adalah memberi acuan. Cara yang dapat kita lakukan untuk memberi acuan antara lain:
a. Mengemukakan tujuan dan batas-batas perkuliahan
Kita perlu menentukan terlebih dahulu tentang tujuan dan target perkuliahan. Hal ini akan menjadi titik tolak tentang apa saja yang akan kita lakukan dalam perkuliahan untuk mencapai tujuan tersebut. Dengan tujuan ini kita akan dengan mudah menyaring mana yang tepat kita sampaikan dan mana yang kurang tepat selama perkuliahan.
b. Mengajukan pertanyaan-pertanyaan
Pemberian acuan dapat kita lakukan dengan mengajukan berbagai pertanyaan yang relevan dengan topik perkuliahan.
c. Menyarankan langkah-langkah dalam kegiatan pembelajaran
Akhirnya, acuan dapat juga kita lakukan dengan memberikan langkah-langkah yang menunjang proses perkuliahan. Langkah-langkah ini tidak lain mengacu pada tujuan perkuliahan saat itu.
4. Membuat kaitan
Akhirnya, komponen kegiatan membuka pembelajaran adalah dengan membuat kaitan antara materi atu dengan materi lain, antara pengetahuan peserta didik sebelumnya dengan yang akan dipelajari bersama. Dalam hal ini minat, pengalaman, kebutuhan, dan hal-hal yang telah dialami dan diketahui peserta didik merupakan bahan pengait, yang dapat digunakan untuk mempermudah pemahaman mereka.
Berbeda dengan keterampilan dasar membuka pelajaran yang mempunyai empat komponen, keterampilan dasar mengajar menutup pelajaran memiliki dua komponen, yaitu.
1. Peninjauan kembali terhadap penguasaan inti pelajaran
Setelah melakukan proses perkuliahan, di bagian akhir perkuliahan kita perlu meninjau kembali inti materi yang sudah kita sampaikan dengan harapan peserta didik dapat mengambil inti pelajaran sesuai dengan topic perkuliahan. Di antara cara yang dapat kita lakukan adalah dengan merangkum inti pelajaran, memberikan pertanyaan, atau membuat ringkasan
2. Mengevaluasi
Komponen kedua keterampilan menutup perkuliahan adalah mengevaluasi hal-hal yang sudah disampaikan selama perkuliahan. Hal ini penting untuk mengetahui apakah tujuan perkuliahan sudah tercapai atau belum. Adapun cara yang dapat kita lakukan antara lain adalah:
a. Mendemonstrasikan keterampilan
Jika tujuan perkuliahan adalah peserta didik dapat mendemonstrasikan sesuatu, maka evaluasi juga harus demonstrasi
b. Mengaplikasikan ide baru
Jika tujuan perkuliahan adalah peserta didik dapat mengaplikasikan sesuatu, maka evaluasi juga harus menerapkan sesuatu sesuai dengan topic perkuliahan
c. Mengekspresikan pendapat sendiri
Jika tujuan perkuliahan adalah peserta didik dapat menjelaskan topic perkuliahan yang telah dipelajari, maka dalam evaluasi peserta didik juga harus dapat menjelaskan materi yang telah dipelajari
d. Memberi soal-soal baik lisan maupun tertulis
Untuk mengetahui apakah peserta didik menguasai topik perkuliahan, kita dapat melontarkan sejumlah pertanyaan yang relevan dengan tujuan perkuliahan.
e. Pengayaan, tugas mandiri maupun tugas terstruktur
Dalam kegiatan menutup ini, evaluasi juga dapat kita lakukan dengan memberikan penugasan kepada terstruktur kepada peserta didik baik yang bersifat mandiri ataupun kolektif.

D. Prinsip Keterampilan Dasar Membuka dan Menutup
Agar kita dapat menerapkan keterampilan dasar mengajar dalam hal membuka dan menutup perkuliahan, ada beberapa prinsip yang perlu kita perhatikan. Adapun prinsip-prinsip tersebut adalah:
1. Bermakna
Pembelajaran akan lebih berkesan kepada peserta didik jika prosesnya kita lakukan secara bermakna. Artinya, apa yang kita pelajari memang dibutuhkan dan sesuai kecenderungan peserta didik. Untuk itu, kita perlu selalu meningkatkan motivasi peserta didik dengan cara memberikan materi perkuliahan dan penjabarannya sesuai dengan pengetahuan, pengalaman dan latar belakang sosial-budaya sekitar.
2. Berurutan dan berkesinambungan
Kegiatan ini kita lakukan untuk memperkenalkan atau merangkum kembali perkuliahan sebagai bagian dari kesatuan yang utuh. Perwujudan prinsip berurutan dan berkesinambungan ini memerlukan adanya suatu susunan bahan pelajaran yang tepat, sesuai dengan minat peserta didik, ada kaitan logis antara satu bagian dengan lainnya, sehingga dapat disusun rantai kognisi yang jelas dan tepat.

DAFTAR PUSTAKA

Abimanyu Soli, PAH, D.N., Joni, R (ed.), Keterampilan Bertanya Dasar dan Lanjut, Jakarta: Tim Pengembangan Lembaga Pendidikan Tenaga Pendidikan Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi, 1985.

Aref S. Sadiman dkk., Media Pendidikan, Jakarta: Rajawali, 1986.

E. Mulyasa, Menjadi Guru Profesional: Menciptakan Pembelajaran Kreatif dan Menyenangkan, Bandung: Remaja Rosdakarya, 2005.

Melvin L. Silberman, Active Learning, terj. Muqowim dkk., Yogyakarta: Yappendis, 2005.

Oemar Hamalik, Media Pendidikan, Bandung: Citra Aditya Bakti, 1989.

Suwarna dkk., Pengajaran Mikro, Yogyakarta: Tiara Wacana, 2006

KETERAMPILAN DASAR MENGAJAR [1]

MENGAPA GURU/DOSEN PERLU MENGUASAI KETERAMPILAN DASAR MENGAJAR?
Muqowim

Menurut UU No. 14 tahun 2005 tentang Guru dan Dosen, terutama Pasal 1, guru adalah pendidik profesional dengan tugas utama mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih, menilai, dan mengevaluasi peserta didik pada pendidikan anak usia dini jalur pendidikan formal, pendidikan dasar, dan pendidikan menengah. Sementara itu, tenaga pendidik adalah pendidik profesional dan ilmuwan dengan tugas utama mentransformasikan, mengembangkan, dan menyebarluaskan ilmu pengetahuan, teknologi, dan seni melalui pendidikan, penelitian, dan pengabdian kepada masyarakat. Dengan munculnya UU ini guru/dosen sudah diakui sebagai tenaga professional setara dengan profesi lain. Yang dimaksud profesional di sini adalah pekerjaan atau kegiatan yang dilakukan oleh seseorang dan menjadi sumber penghasilan kehidupan yang memerlukan keahlian, kemahiran, atau kecakapan yang memenuhi standar mutu atau norma tertentu serta memerlukan pendidikan profesi
Karena sebagai tenaga professional, maka seorang pendidik harus mempunyai kompetensi tertentu disyaratkan. Kompetensi yang dimaksud adalah seperangkat pengetahuan, keterampilan, dan perilaku yang harus dimiliki, dihayati, dan dikuasai oleh tenaga pendidik dalam melaksanakan tugas keprofesionalan. Menurut UU seorang pendidik harus mempunyai empat kompetensi, yaitu pedagogis, kepribadian, sosial, dan professional. Kompetensi pedagogis adalah kemampuan seorang pendidik mengelola pembelajaran peserta didik, kompetensi kepribadian adalah kemampuan kepribadian yang mantap, berakhlak mulia, arif, dan berwibawa serta menjadi teladan peserta didik, kompetensi sosial adalah kemampuan berkomunikasi dan berinteraksi secara efektif dan efisien dengan peserta didik, sesama pendidik, teman sejawat, dan masyarakat sekitar, sementara kompetensi profesional adalah kemampuan penguasaan materi pelajaran secara luas dan mendalam. Secara eksplisit empat kompetensi ini agaknya hanya ditekankan bagi seorang guru, namun sebenarnya juga berlaku bagi seorang dosen. Bahwa siapa pun yang akan menjadi tenaga pendidik, dosen ataupun guru, seharusnya mempunyai empat kompetensi di atas.
Meskipun demikian, penerapan kompetensi tersebut antara guru dan dosen berbeda sebab peserta didik dan konteksnya berbeda. Bagi dosen kompetensi tersebut harus diwujudkaan dalam bentuk Tri Dharma Perguruan Tinggi, yaitu dharma pendidikan daan pengajaran, dharma penelitian, dan dharma pengabdian kepada masyarakat. Jika ditelisik lebih jauh kita dapat menempaatkan kompetensi pedagogis pada dharma pertama, yaitu pendidikan dan pengajaran; kompetensi kepribadian dan sosial pada tiga dharma sekaligus; dan kompetensi professional pada dharma pertama dan kedua.
Tulisan ini relevan dengan kompetensi pedagogis yang harus dimiliki seorang tenaga pendidik. Bahwa setiap tenaga pendidik harus mempunyai kemampuan menyampaikan materi yang dimiliki kepada peserta didik secara tepat. Untuk itu, pemahaman tentang konsep pendidikan, belajar dan psikologi orang dewasa perlu dimiliki seorang tenaga pendidik. Sebab, kita mungkin sering mendengar ada seorang tenaga pendidik yang sangat diakui keilmuannya namun ketika mengajar di kelas sama sekali tidak dipahami oleh peserta didik. Ada dua kemungkinan yang menyebabkan hal ini, yaitu peserta didik yang di bawah standar atau tenaga pendidik yang tidak memahami audiens. Dalam ilmu pendidikan, kemungkinan yang kedua lebih menjadi penyebab utama. Bahwa seorang tenaga pendidik seharusnya lebih mengenal peserta didik dan tahu cara bagaimana menyampaikan materi secara tepat.
Bertolak dari kasus tersebut, sudah seharusnya seorang tenaga pendidik dan calon tenaga pendidik mempunyai kemampuan pedagogis agar apa yang disampaikan di kelas dapat dipahami oleh peserta didik yang pada akhirnya dapat mencerahkan mereka. Kemampuan pedagogis yang dimaksud di sini antara lain terkait dengan metode pembelajaran, teknik mengelola kelas, menggunakan media, teknik mengevaluasi sampai melakukan refleksi proses pembelajaran. Yang perlu kita pahami bersama adalah bahwa mengajar adalah bukan sekedar proses penyampaian atau penerusan pengetahuan. Mengajar merupakan suatu proses yang kompleks, yaitu penggunaan secara `integratif sejumlah keterampilan untuk menyampaikan pesan. Pengintegrasian keterampilan-keterampilan yang dimaksud dilandasi oleh seperangkat teori dan diarahkan oleh suatu wawasan. Sedangkan aplikasinya secara unik dalam arti secara simultan dipengarhi oleh semua komponen belajar-mengajar. Komponen yang dimaksud yaitu tujuan yang ingin dicapai, pesan yang ingin disampaikan, subjek didik, fasilitas dan lingkungan belajar, serta yang tidak pentingnya keterampilan, kebiasaan serta wawasan tentang diri dan misi seorang guru/dosen sebagai pendidik.
Kompetensi dasar mengajar dalam tulisan ini lebih dimaksudkan sebagai pengetahuan dasar pembelajaran yang perlu dipahami seorang tenaga pendidik. Sebagai sebuah kemampuan minimal, maka seorang tenaga pendidik harus mampu melakukan inovasi dan kreatifitas dalam pembelajaran. Terlebih bahwa jika yang dihadapi adalah manusia dewasa yang sudah mempunyai pengetahuan dan kemandirian berpikir meskipun masih perlu pendampingan dan mitra belajar. Untuk itu, semangat terus belajar dan menambah wawasan tentang kependidikan harus dilakukan seorang tenaga pendidik, apa pun pelajaran/matakuliah yang diampu dan apa pun latar belakang pendidikannya, termasuk tenaga pendidik yang berlatar belakang kependidikan.
Sesudah membaca tulisan ini Anda diharapkan memahami keterampilan dasar mengajar mulai dari keterampilan membuka dan menutup pelajaran, menjelaskan, melontarkan pertanyaan, memberikan penguatan, mengelola diskusi, dan menggunakan media. Bagi yang sudah memahami, tulisan ini diharapkan dapat menyegarkan kembali pengetahuan Anda tentang keterampilan dasar ketika melakukan proses pembelajaran di kelas. Sementara bagi yang belum mempraktikkan, Anda perlu mencoba mempraktikkan berbagai jenis keterampilan yang ada. Ingat, dalam hal metode, praktik lebih penting!

Kamis, 16 April 2009

Mindpoint Management

Mindpoint Management adalah...