Rabu, 22 April 2009

KETERAMPILAN DASAR MENGAJAR [5]

KETERAMPILAN MEMBERI PENGUATAN
Muqowim

A. Pengantar
Pada bagian ini kita akan mempelajari tentang keterampilan dasar memberi penguatan yang mencakup pengertian, tujuan, komponen dalam bertanya dan prinsip bertanya. Hal ini penting kita miliki sebagai pendidik karena kadang kita bersikap dingin terhadap respons peserta didik yang memberikan pemikiran ketika di kelas. Sepertinya pemikiran tersebut tidak kita hargai. Tentu hal ini dapat mengakibatkan melemahnya motivasi dalam belajar.

B. Pengertian
Pernahkah Anda memberikan apresiasi dengan mengatakan “Yah, sebuah pemikiran yang brilian dalam diskusi kita ini, hebat!!”, memberikan isyarat acungan jempol kepada peserta didik yang mempunyai ide cemerlang dalam sebuah diskusi atau memberikan aplaus dengan tepuk tangan setelah seorang peserta didik selesai mempresentasikan makalahnya di kelas? Kalau pernah, berarti Anda telah melakukan proses yang disebut penguatan dalam pembelajaran. Yang dimaksud dengan penguatan di sini adalah sebuah respons terhadap suatu tingkah laku yang dapat meningkatkan kemungkinan berulangnya tingkah laku tersebut. Dengan penguatan diharapkan akan muncul motivasi meningkatkan diri bagi yang diberi penguatan serta mendorong orang lain di sekitarnya melakukan hal yang sama atau lebih baik lagi.

C. Tujuan Penguatan
Pemberian penguatan tidak hanya untuk memberikan motivasi, tapi juga mempunyai tujuan lain. Paling tidak ada empat tujuan dalam hal penguatan pembelajaran. Pertama, penguatan dapat meningkatkan perhatian peserta didik pada matakuliah yang diajarkan. Ketika Anda memberikan penguatan terhadap prestasi peserta didik sebenarnya Anda telah mencoba menarik perhatian mereka untuk lebih memperhatikan, meskipun sejenak terhadap materi yang sedang Anda ajarkan. Coba bayangkan, jika apa pun pendapat peserta didik terhadap materi tidak diapresiasi, tentu mereka akan merasa bosan dan kelihatan monoton.
Kedua, penguatan dapat meningkatkan motivasi belajar. Coba kita refleksikan pada diri sendiri, ketika kita berhasil menyelesaikan sebuah pekerjaan tanpa dihargai atau diapresiasi, bagaimana perasaan kita ketika diberi pekerjaan yang lain? Apakah kita lebih bersemangat mengerjakan tugas baru ataukah kita mengerjakan asal-asalan? Dalam konteks pembelajaran, tentu peserta didik akan lebih termotivasi untuk meningkatkan diri dalam menambah wawasan dan lebih aktif di kelas jika pendapat yang dikemukakan kita hargai.
Ketiga, tujuan pemberian penguatan adalah untuk memudahkan peserta didik belajar. Dengan Anda memberikan penguatan diharapkan peserta didik lebih mudah dalam belajar sebab ketika mereka dihargai akan muncul perasaan senang yang lebih mendorongnya untuk belajar hal-hal baru. Ingat, dalam paradigma baru pendidikan, belajar yang paling baik adalah yang paling menyenangkan. Bagi peserta didik yang senang suasana hatinya, tentu belajar akan lebih mudah ketimbang belajar dalam kondisi tertekan.
Keempat, penguatan bertujuan untuk mengurangi tingkah laku yang negatif serta membina tingkah laku positif. Dengan kita memberikan penguatan dan apresiasi terhadap peserta didik pada dasarnya kita berusaha menciptakan budaya positif kepada peserta didik, bahwa siapa pun yang melakukan hal baik atau berprestasi akan mendapatkan penghargaan. Sebaliknya bagi yang melakukan tindakan tercela atau negatif tidak akan mendapatkan penghargaan. Hal ini sangat diperlukan di tengah maraknya permasalahan bangsa yang cenderung kurang menghargai pandangan pihak lain yang berbeda. Dengan melatih di kelas diharapkan tradisi saling menghargai ini juga berkembang di masyarakat agar budaya kekerasan semakin berkurang.

D. Bentuk Penguatan
Sebagaimana disebutkan di atas bahwa memberikan ucapat ”Hebat!” dan ”Wah, sebuah ide yang bagus!” atau memberikan acungan jempol dan tepuk tangan bersama adalah bagian dari bentuk penguatan. Secara umum ada dua bentuk penguatan dalam pembelajaran, yaitu penguatan verbal dan penguatan non-verbal.
Yang dimaksud dengan penguatan verbal adalah sebuah bentuk respons atau apresiasi dalam pembelajaran yang dilakukan secara lisan dengan memberikan kata pujian, penghargaan, persetujuan dan sebagainya. Sementara itu, penguatan non-verbal adalah sebuah bentuk apresiasi terhadap peserta didik selain menggunakan lisan. Adapun di antara bentuk penguatan non-verbal adalah:
Penguatan berupa gerakan mimik dan badan, misalnya memberikan acungan jempol, dengan senyuman, kerut kening tanda lebih memperhatikan, atau wajah cerah. Pada kenyataannya, banyak di antara kita yang jual senyum kepada siswa. Padahal senyuman kita sangat berarti bagi mereka dalam hal penciptaan suasana nyaman belajar di kelas, apalagi senyuman kita juga dapat berarti shadaqah. Maka, ternyumlah kepada peserta didik kita!
Penguatan dengan cara mendekati, misalnya guru duduk dekat dengan siswa, berdiri di samping siswa atau berjalan di sisi siswa. Kita mungkin sering menjumpai seorang guru yang hanya duduk di satu tempat secara statis dan cenderung mematung, padahal mengajar dengan cara sambil berjalan-jalan di kelas akan lebih membuat suasana kelas lebih nyaman secara psikis.
Penguatan dengan kegiatan yang menyenangkan. Dalam hal ini sebagai pendidik kita dapat menggunakan kegiatan-kegiatan yang disenangi siswa sebagai penguatan, misalnya apabila ada siswa yang lebih memahami sebuah materi, dia diminta maju memberikan penjelasan kepada teman-temannya yang belum bisa. Cara seperti ini akan mendorong hatinya bungah (Jawa-red.). Dalam pandangan David McClelland, orang yang berprestasi dan merasa senang dia akan meningkat terus prestasinya. Ini disebut virus nAch [need for achievement].
Penguatan dengan menggunakan simbol dan benda, misalnya lencana, bintang, atau kartu bergambar. Pernahkah nggak kita memberikan tanda bintang kepada siswa kita yang berprestasi? Jika belum, cobalah kita lakukan, sebab hal ini akan membuat mereka dihargai dan lebih termotivasi.

E. Prinsip-prinsip Penguatan
Agar penguatan yang kita lakukan berhasil, maka beberapa prinsip berikut ini perlu kita perhatikan, yaitu:
Kehangatan dan antusias
Penguatan harus kita lakukan dengan tulus, tidak dibuat-buat atau ada kesan asal melakukan penguatan. Jika demikian, maka tujuan penguatan yang kita lakukan tidak tercapai misalnya meningkatkan motivasi atau meningkatkan prestasi peserta didik. Karena itu, dalam melkukan penguatan kita harus lebih bersemangat.
Kebermaknaan
Penguatan yang kita berikan hendaknya yang dapat meningkatkan motivasi peserta didik, meningkatkan prestasi belajar, dan menarik perhatian siswa. Untuk itu, kita perlu memperhatikan konteks saat penguatan dilakukan, sebab jangan sampai penguatan dilakukan pada saat yang kurang tepat. Perlu diingat, bahwa penguatan dilakukan justru ketika perhatian peserta didik mulai berkurang, motivasi rendah, dan mereka belum fokus ke pembelajaran.
Menghindari respons yang negatif
Sebelum memberikan penguatan, kita perlu memperhatikan konteks agar penguatan yang kita lakukan justru tidak kontraproduktif. Seharusnya meningkatkan motivasi tapi malah menurunkan motivasi. Seharusnya membuat peserta didik lebih bersemangat belajar tapi malah tersinggung atau menyepelekan. Ini mungkin saja terjadi jika kita tidak mempertimbangkan konteks audiens. Sebagai contoh, cara memberikan penguatan verbal di sekolah Jawa tentu berbeda dengan ketika berada di luar Jawa. Begitu juga, tentu berbeda bentuk penguatan yang kita berikan di sekolah daerah pedesaan dengan di perkotaan.
Penguatan pada perseorangan
Penguatan akan lebih tepat sasaran dan bermakna jika mempertimbangkan siapa audiensnya. Jika tujuan memberikan penguatan untuk peserta didik secara perseorangan tentu berbeda dengan jika kita memberikan penguatan untuk kelompok. Karena itu, sasaran perlakuan akan mempengaruhi bentuk penguatan yang kita berikan. Jika secara perseorangan, maka penguatan juga harus khusus perseorangan.
Penguatan pada sebuah kelompok
Terkait dengan audiens poin sebelumnya, dalam hal ini jika penguatan ditujukan pada kelompok, maka bentuk penguatan juga harus mengikuti.
Penguatan yang diberikan dengan segera
Penguatan akan lebih tepat sesaat setelah peserta didik menunjukkan prestasi, tidak diselingi. Sebab, jika diselingi, konteksnya sudah berbeda, dan sangat mungkin peserta didik sudah lain perhatian dan fokusnya. Dengan kata lain, jika akan memberikan penguatan, jangan kita tunda-tunda!
Penguatan yang diberikan secara variatif
Dalam memberikan penguatan pembelajaran, kita harus menggunakan variasi bentuk, verbal maupun non-verbal. Bayangkan respons peserta didik jika dari pertemuan pertama sampai pertemuan terakhir kita hanya memberikan penguatan verbal saja, itupan hanya kata ”Hebat!!”. Apa yang terjadi? Sangat mungkin peserta didik kita akan mendahului mengatakan ”Hebat!!” sebelum kita mengatakannya, sebab mereka sudah hafal. Di samping itu, hal ini juga sebagai bentuk kebosanan. Yang terjadi malah semacam olok-olok kepada kita, bukan memotivasi mereka. Untuk itu, dalam hal penguatan kita harus melakukan variasi.

DAFTAR PUSTAKA

Abimanyu Soli, PAH, D.N., Joni, R (ed.), Keterampilan Bertanya Dasar dan Lanjut, Jakarta: Tim Pengembangan Lembaga Pendidikan Tenaga Pendidikan Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi, 1985.

Aref S. Sadiman dkk., Media Pendidikan, Jakarta: Rajawali, 1986.

E. Mulyasa, Menjadi Guru Profesional: Menciptakan Pembelajaran Kreatif dan Menyenangkan, Bandung: Remaja Rosdakarya, 2005.

Melvin L. Silberman, Active Learning, terj. Muqowim dkk., Yogyakarta: Yappendis, 2005.

Oemar Hamalik, Media Pendidikan, Bandung: Citra Aditya Bakti, 1989.

Suwarna dkk., Pengajaran Mikro, Yogyakarta: Tiara Wacana, 2006

Tidak ada komentar:

Posting Komentar