Rabu, 22 April 2009

KETERAMPILAN DASAR MENGAJAR [9]

KETERAMPILAN MENGADAKAN VARIASI
Muqowim

A. Pengantar
Pada bagian ini kita akan mempelajari tentang keterampilan dasar mengajar mengadakan variasi. Ada beberapa hal yang dapat kita pelajari, yaitu mencakup pengertian, tujuan, komponen dan prinsip dalam mengadakan variasi. Pembelajaran tanpa variasi pasti membosankan, bukan? Untuk itu, variasi dalam proses pembelajaran mutlak diperlukan.

B. Pengertian
Variasi yang dimaksud dalam kegiatan pembelajaran adalah perubahan dalam proses kegiatan yang bertujuan untuk meningkatkan motivasi para peserta didik serta mengurangi kejenuhan dan kebosanan. Keterampilan dasar mengajar mengadakan variasi ini pada dasarnya harus juga diterapkan dalam keterampilan dasar mengajar lainnya, seperti dalam menggunakan keterampilan bertanya, memberi penguatan, menjelaskan, penggunaan media dan sebagainya.

C. Tujuan Mengadakan Variasi
Mengapa kita perlu mengadakan variasi dalam pembelajaran? Sebab keterampilan ini mempunyai beberapa tujuan, yaitu:
1. Untuk menimbulkan dan meningkatkan perhatian peserta didik kepada aspek-aspek pembelajaran
2. Memupuk tingkah laku yang positif terhadap proses pendidikan bahwa pendidikan itu sebuah proses yang mencerahkan dan mengoptimalkan semua potensi peserta didik
3. Meningkatkan kadar pembelajaran aktif dalam proses pembelajaran dengan melibatkan peserta didik dengan berbagai keunikannya. Terlebih sekarang muncul paradigma baru pendidikan yang lebih memanusiakan manusia [peserta didik]

D. Komponen Mengadakan Variasi
Komponen-komponen keterampilan dasar mengajar mengadakan variasi meliputi:
1. Variasi dalam gaya mengajar
a. Penggunaan variasi suara
Variasi suara adalah perubahan suara dari keras menjadi lemah, dari tinggi menjadi rendah, dari cepat menjadi lambat, dari gembira menjadi sedih, atau pada suatu saat memberikan tekanan pada kata-kata tertentu.
b. Pemusatan perhatian peserta didik
Guru dapat memusatkan perhatian peserta didik pada hal-hal yang dianggap penting dapat dengan gaya bahasa menurut kebutuhan mereka. Kecenderungan gaya belajar seperti visual, auditori dan kinestetik perlu kita perhatikan.
c. Kesenyapan pendidik
Adanya kesenyapan, kebisuan, atau “selingan diam” yang tiba-tiba dan disengaja selagi guru menerangkan sesuatu, merupakan alat yang baik untuk menarik perhatian audiens.
d. Mengadakan kontak pandang dan gerak
Apabila kita sedang berbicara atau berinteraksi dengan peserta didik, sebaiknya pandangan menjelajahi seluruh kelas dan melihat ke mata semua orang di kelas untuk menunjukkan adanya hubungan yang akrab dengan mereka
e. Gerakan badan dan mimik
Kita perlu melakukan variasi dalam ekspresi wajah, gerakan kepala, dan gerakan badan, sebab hal ini merupakan aspek yang sangat penting dalam berkomunikasi. Gunanya adalah untuk menarik perhatian dan untuk menyampaikan arti dari pesan lisan yang dimaksudkan.
f. Pergantian posisi di dalam kelas
Pergantian posisi kita di dalam kelas dapat digunakan untuk mempertahankan perhatian semua orang. Terutama sekali dalam menyampaikan pelajaran di dalam kelas, gerakan hendaknya bebas, tidak kikuk atau kaku, dan hindari tingkah laku negative.

2. Variasi dalam penggunaan media pembelajaran
Media pembelajaran, apabila kita lihat dari aspek indera yang digunakan, dapat digolongkan ke dalam tiga bagian, yakni media yang dapat didengar, media yang dapat dilihat, dan media yang dapat diraba. Pergantian penggunaan jenis media yang satu ke jenis yang lain mengharuskan peserta didik menyesuaikan alat inderanya, sehingga dapat mempertinggi perhatiannya. Hal itu karena setiap orang mempunyai perbedaan kemampuan dalam menggunakan alat inderanya. Ada orang yang termasuk tipe visual, auditif, atau motorik. Untuk itu, varasi penggunaan media harus dilakukan.
a. Variasi media yang dapat dilihat
Media yang termasuk ke dalam jenis ini antara lain grafik, bagan, poster, gambar, film, dan slide.
b. Variasi media yang dapat didengar
Suara kita termasuk di dalam media komunikasi yang utama di dalam kelas. Rekaman suara, suara radio, musik, deklamasi, puisi, sosiodrama, telepon dapat dipakai sebagai penggunaan indera dengan yang divariasikan dengan indera lainnya.
c. Variasi media yang dapat diraba, dimanipulasi dan digerakkan
Yang termasuk ke dalam hal ini, misalnya peragaan yang ita lakukan atau peserta didik, model, patung, topeng, dan boneka yang dapat digunakan oleh peserta didik untuk diraba, diperagakan atau dimanipulasi.
d. Variasi media yang dapat didengar, dilihat dan diraba
Media yang termasuk ini, misalnya film, televisi, slide projector yang diiringi penjelasan kita. Tentu saja penggunaannya disesuaikan dengan tujuan pembelajaran yang hendak dicapai.

3. Variasi pola interaksi dan kegiatan siswa
Pola interaksi pendidikan dan peserta didik dalam kegiatan pembelajaran memiliki corak yang sangat beraneka ragam. Mulai dari kegiatan yang didominasi oleh pendidik sampai kegiatan mandiri yang dilakukan oleh peserta didik. Hal ini bergantung pada keterampilan pendidik dalam mengelola kegiatan pembelajaran. Penggunaan variasi pola interaksi ini dimaksudkan untuk meningkatkan interaksi pendidik-peserta didik dan antar peserta didik agar kegiatan pembelajaran tidak menimbulkan kebosanan, kejenuhan. Suasana kelas pun menjadi hidup.

E. Prinsip Mengadapan Variasi
Prinsip-prinsip yang perlu kita perhatikan agar penggunaan keterampilan mengadakan variasi pembelajaran berjalan dengan baik adalah:
1. Variasi hendaknya digunakan dengan maksud tertentu yang relevan dengan tujuan yang hendak dicapai. Kita sangat dianjurkan menggunakan variasi yang wajar dan beragam. Terlalu banyak pemakaian variasi akan menimbulkan kebingungan dan dapat mengganggu proses pembelajaran.
2. Variasi perlu kita rencanakan dengan baik agar berjalan dengan lancar dan berkesinambungan sehingga tidak akan merusak perhatian peserta didik dan tidak mengganggu pembelajaran.
3. Variasi harus direncanakan secara baik, dan secara eksplisit dicantumkan dalam rencana pelajaran atau satuan pelajaran.

DAFTAR PUSTAKA

Abimanyu Soli, PAH, D.N., Joni, R (ed.), Keterampilan Bertanya Dasar dan Lanjut, Jakarta: Tim Pengembangan Lembaga Pendidikan Tenaga Pendidikan Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi, 1985.

Aref S. Sadiman dkk., Media Pendidikan, Jakarta: Rajawali, 1986.

E. Mulyasa, Menjadi Guru Profesional: Menciptakan Pembelajaran Kreatif dan Menyenangkan, Bandung: Remaja Rosdakarya, 2005.

Melvin L. Silberman, Active Learning, terj. Muqowim dkk., Yogyakarta: Yappendis, 2005.

Oemar Hamalik, Media Pendidikan, Bandung: Citra Aditya Bakti, 1989.

Suwarna dkk., Pengajaran Mikro, Yogyakarta: Tiara Wacana, 2006

Tidak ada komentar:

Posting Komentar